Konfrontasi antara warga Palestina yang melempari batu dan polisi Israel yang menggunakan granat kejut terjadi setiap hari hingga hari ini, setelah detektor itu ditempatkan di pintu masuk ke kompleks masjid sebagai respons pembunuhan dua polisi.
Semalam, kabinet keamanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memutuskan untuk mempertahankan detektor logam itu.
Melancarkan protes, ratusan jemaat berkumpul di berbagai titik masuk ke Bait Suci sebelum salat Jumat. Namun, mereka tidak dieprbolehkan masuk dan akhirnya beribadah di luar.
"Kami menolak pembatasan yang dilakukan Israel di Masjid al-Aqsa," kata ulama senior Yerusalem, Mufti Mohammad Hussein.
Sebelumnya, para pemuka Muslim dan faksi politik Palestina mendorong umatnya untuk melancarkan protes terhadap kebijakan baru ini. Mereka memandangnya sebagai perubahan terhadap kesepakatan yang telah berlaku selama berdekade.
Namun, menjelang sore, polisi mengerahkan unit pembatas tambahan untuk memeriksa orang-orang yang hendak memasuki Kota Tua. Di sanalah kekerasan terjadi.
Akses ke tempat suci umat Muslim itu dibatasi hanya untuk pria yang berusia lebih dari 50 tahun dan perempuan semua umur. Penghalang jalan ditempatkan di jalur-jalur menuju Yerusalem untuk menghentikan bus-bus yang membawa warga Muslim ke situs itu.
Pada salah satu lokasi dekat Kota Tua, pemrotes yang hanya bersenjatakan batu sempat mencoba melintasi garis polisi. Namun, polisi membalas dengan granat kejut.
Ambulans Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan setidaknya 30 orang terluka akibat peristiwa ini. Dua diantaranya mengalami luka serius dan yang lain menderita karena terkena gas air mata.
Ahmad Abdul Salaam, pengusaha setempat yang datang untuk beribadah di luar Bait Suci mengatakan "penempatan detektor logam di sini sama saja dengan menempatkannya di pintu rumah kami. Apakah kita perlu diperiksa detektor logam saat memasuki rumah sendiri?"
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Keamanan Diperketat, Bentrok Warga-Polisi di Al-Aqsa Lanjut"
Post a Comment