Dost Mohammad Nayab, juru bicara gubernur propinsi ini, mengatakan bahwa pemerintah sedang berunding dengan tokoh daerah untuk menjadi penengah agar Taliban mengijinkan pembukaan kembali klinik-klinik itu.
"Rumah sakit tidak bisa dijadikan alat politik dan kami meminta Taliban mengijinkan dokter dan perawat untuk kembali bekerja," kata Nayab seperti dikutip kantor berita Reuters.
"Kami telah meminta tokoh masyarakat untuk berbicara dengan Taliban agar masalah ini bisa diselesaikan," kata Nayab.
Dia mengatakan bahwa sejak Jumat (22/9) hanya tiga klinik, termasuk rumah sakit propinsi, yang beroperasi setelah Taliban menutup 46 dari 49 pusat kesehatan masyarakat di Uruzgan.
Propinsi Uruzgan, yang berbatasan dengan pusat kekuatan Taliban di propinsi Kandahar dan Helmand, selama bertahun-tahun dikepung oleh kelompok itu. Tahun lalu, kekuasaan di ibukota Tarin Kot sempat berpindah tangan.
Seorang juru bicara Taliban membenarkan bahwa para pejuangnya telah menutup puluhan pusat kesehatan masyarakat.
Dia menyatakan, langkah itu diambil karena layanan yang buruk dan menggarisbawahi upaya Taliban mengganti layanan dasar pemerintah di wilayah-wilayah yang dikuasainya.
"Sebagian besar klinik itu tidak tersedia pengobatan yang pantas. Tidak ada dokter atau perawat," kata juru bicara Taleban.
|
Insiden ini menggarisbawahi kesulitan pemerintah pusat di Kabul dalam mengambil alih kendali di tingkat provinsi, tempat kelompok perlawanan masih kuat.
Para pejabat AS memperkirakan bahwa Taliban, yang berjuang mengusir pasukan asing dan menerapkan hukum Islam yang ketat di Afghanistan, menguasai atau melakukan perlawanan hebat di 40 persen wilayah negara itu.
Komandan militer AS mengidentifikasi provinsi Uruzgan sebagai prioritas utama pada 2017 dan belakangan ini telah ada upaya besar-besaran untuk memperbaiki mutu pasukan Afghanistan dengan pengerahan tim pelatihan dari Amerika.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Taliban Tutup Puluhan Klinik Kesehatan Afghanistan"
Post a Comment