Lantaran tidak mengakui status Yerusalem sebagai ibu kota Israel itu, ia menganggap PBB sebagai 'rumah kebohongan'.
"Negara Israel sama sekali menolak pemungutan suara itu, bahkan sebelum (voting) persetujuan (resolusi)," cetus Netanyahu, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (21/12).
Pernyataan itu diutarakan menjelang sidang yang digelar melibatkan 193 negara anggota PBB khusus untuk membahas respons atas keputusan AS.
Netanyahu, dalam sambutannya itu, mengucapkan terima kasih kepada Presiden AS Donald Trump dan DUta Besar AS untuk PBB Nikki Haley atas "sikap berani dan tanpa kompromi mereka". Ia juga memprediksi, pada akhirnya negara lain akan mengikuti jejak Washington untuk memindahkan kedutaan mereka dari Tel Aviv ke Yerusalem.
"Sikap banyak negara terhadap Israel, di semua benua, di luar tembok dinding PBB, berubah, dan pada akhirnya akan merembet ke dalam PBB, rumah kebohongan," ucapnya.
"Yerusalem adalah ibu kota Israel, terlepas PBB mengakuinya atau tidak. Butuh waktu 70 tahun sampai AS secara resmi mengakuinya dan akan memakan waktu bertahun-tahun sampai PBB menyadarinya juga," kata Netanyahu dikutip AFP.
Draf resolusi itu akhirnya diajukan ke Majelis Umum oleh sejumlah negara seperti Turki, Yaman, serta Indonesia--mewakili negara Arab dan negara Muslim--setelah upaya serupa gagal di DK PBB.
Menanggapi langkah itu, AS menyatakan akan mencatat negara-negara yang mendukung resolusi itu dan menyetop bantuan kepada mereka.
(aal/arh) Baca Kelanjutan Soal Yerusalem, Netanyahu Sebut PBB Rumah Kebohongan : http://ift.tt/2DkChmZBagikan Berita Ini
0 Response to "Soal Yerusalem, Netanyahu Sebut PBB Rumah Kebohongan"
Post a Comment