Fakta ini terungkap saat petugas melakukan autopsi dan menemukan lebih dari 80 kantong plastik dari perut paus tersebut.
Menurut keterangan sejumlah pejabat, paus itu pertama kali ditemukan warga sekitar pada 28 Mei lalu. Saat itu, paus tersebut terlihat sakit dan mengambang di perairan secara tidak wajar.
Kelompok konservasi itu rutin mengunggah proses perawatan paus tersebut melalui akun Facebook resmi mereka.
Direktur Jenderal Kementerian Kemaritiman dan Sumber Daya Pesisir, Jatuporn Burutpat, mengatakan kepada CNN bahwa setelah beberapa hari, tepatnya pada 1 Juni, paus itu memuntahkan kantong plastik.
Tak lama setelah itu, ThaiWhales mengunggah informasi bahwa paus itu "berjuang keras" untuk mengeluarkan sampah plastik dari tubuhnya. Paus itu akhirnya mati pada sore harinya.
Kabar ini membuat sejumlah pengamat kembali menyoroti hasil riset pemerintah Inggris yang menunjukkan bahwa 70 persen sampah di lautan Bumi adalah plastik tak dapat diurai.
Pemerintah Inggris mengingatkan bahwa tanpa intervensi, jumlah plastik di lautan Bumi akan meningkat tiga kali lipat dalam jangka satu dekade.
Burupat pun memastikan bahwa pemerintah Thailand akan meningkatkan kesadaran publik atas masalah sampah laut ini di Hari Laut Sedunia pada 8 Juni mendatang. (has)
Baca Kelanjutan Paus di Thailand Mati setelah Telan 7 Kilogram Sampah Plastik : https://ift.tt/2JqtIgwBagikan Berita Ini
0 Response to "Paus di Thailand Mati setelah Telan 7 Kilogram Sampah Plastik"
Post a Comment