
Dalam pernyataan di televisi padar Rabu (19/9) Scott Morrison meminta agar ada perubahan dalam undang-undang sehingga hukuman terhadap aksi yang membuat warga di negara itu khawatir membeli buah stroberi ini diperberat.
"Kami tidak main-main," kata Morrison setelah ditemukan jarum jahit atau jarum pentul di buah strober. "Ini tidak bisa diterima. Ini sama sekali tidak bisa diterima di negara ini," ujarnya menanggapi aksi yang membuat banyak petani dan industri stroberi negara itu rugi besar.
Dia menyebut hukuman keras ini akan membuat kejahatan itu setara dengan "perilaku seperti memiliki materi pornografi anak dan membiayai terorisme. Ini menunjukkan saya serius dengan hal ini."
Masalah ini memicu toko serba ada Australia menarik kembali buah itu dari pasar, bahkan sejumlah toko di Selandia Baru untuk sementara malarang penjualan stroberi asal Australia.
"Ayo kembali beli strober seperti biasa dan ambil langkah supaya waspada," kata Morrison dalam pidato televisi yang mengajak warga Australia kembali mengkonsumsi buah ini untuk membantu industri strober.
Pihak berwenang mengatakan konsumen harus membelah buah itu sebelum dimakan sebagai langkah pencegahan.
Pihak berwenang Australia juga meminta masyarakat ikut membantu penyelidikan dan akan menaikkan jumlah hadiah bagi informasi yang bisa berakhir dengan penangkapan pelakunya.
Pemerintah juga mengeluhkan bahwa sebagian besar dari 100 kasus yang dilaporkan ternyata hoaks, dan memperingatkan warganet yang iseng mengunggah foto di Facebok dengan klaim mereka menemukan buah yang telah ditusuk dengan jarum bisa diadili, dan dijatuhi hukuman penjara.
Polisi negara bagian New South Wales mengatakan satu orang "yang berusia muda" telah mengaku menaruh jarum di buah stroberi karena ikut-ikutan. Pelaku ini akan ditangani berdasarkan sistem peringatan untuk pelaku kejahatan anak. (yns/pmg)
Baca Kelanjutan PM Australia: Aksi Menaruh Jarum di Stroberi serupa Terorisme : https://ift.tt/2PK1LzuBagikan Berita Ini
0 Response to "PM Australia: Aksi Menaruh Jarum di Stroberi serupa Terorisme"
Post a Comment