
"Kita tidak bisa membiarkan pendudukan Dataran Tinggi Golan menjadi sah," kata Erdogan dalam rapat Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, seperti dilansir Reuters, Jumat (22/3).
Pemerintah Suriah dan dua sekutunya, Iran dan Rusia, juga mengecam pernyataan Trump. Mereka berjanji bakal merebut kembali kawasan itu dengan segala cara.
"Bangsa Suriah akan berusaha membebaskan tanah yang berharga ini dengan segenap cara," demikian pernyataan yang disiarkan Kantor Berita Suriah, SANA.
"Setelah 52 tahun kini saatnya untuk Amerika Serikat mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, yang mana penting bagi strategi dan keamanan Israel serta kestabilan kawasan," cuit Trump melalui akun Twitter.
Sejumlah pihak menyayangkan langkah Trump soal Dataran Tinggi Golan. Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Saeb Erekat, menyatakan cemas dengan masa depan setelah sikap Trump itu.
"Apa yang akan terjadi di masa mendatang? Ketidakstabilan yang pasti dan pertumpahan darah di kawasan ini," kata Erekat.
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, menyatakan tetap mendukung Suriah mempertahankan Dataran Tinggi Golan.
"Kedaulatan wilayah adalah salah satu unsur mendasar dalam hukum internasional. Upaya AS untuk membenarkan aksi Israel melawan hukum internasional hanya akan menjurus kepada kekerasan di kawasan itu," kata Cavusoglu.
Israel menganggap Dataran Tinggi Golan sangat penting dari sisi pertahanan karena menjadi 'benteng' alami untuk menahan serangan dari wilayah Suriah. Apalagi saat ini front sudah terbuka karena Suriah merupakan sekutu Iran, yang merupakan musuh bebuyutan Negeri Zionis itu.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Erdogan Menolak Dataran Tinggi Golan Jadi Wilayah Israel"
Post a Comment