
Hasil itu diumumkan pada Rabu (8/5) kemarin. Namun, partai oposisi yang merupakan pendukung mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, Pheu Thai, menolak hasil penghitungan KPU.
Pheu Thai menuding KPU tidak bisa menjelaskan rumus perhitungan suara pemilu yang rumit. Mereka curiga ada permainan dengan penguasa.
KPU Thailand sendiri banyak dikritik karena menunda mengumumkan hasil pemilu. Apalagi dengan pengubahan undang-undang dan aturan pemilu yang menguntungkan kelompok pro junta militer, dan mengikis pengaruh loyalis Thaksin.
Pemilu itu digelar memperebutkan 500 kursi di parlemen Thailand.
Hal ini membuka jalan lebar bagi mantan panglima angkatan bersenjata Thailand, Prayuth Chan-ocha, untuk menjadi perdana menteri Thailand. Dia yang memimpin kudeta pada 2014 lalu, yang dicalonkan oleh Palang Pracharath.
Prayut seharusnya dapat dengan mudah kembali menduduki jabatannya. Hal ini dikarenakan posisi perdana menteri yang dipilih oleh suara gabungan dari majelis rendah dan Senat.
Thailand berada di bawah kekuasaan junta militer sejak 2014. Saat itu angkatan bersenjata menggulingkan pemerintahan Yingluck Shinawatra, yang merupakan adik Thaksin.
Meski demikian, pengaruh Thaksin, yang saat ini mengasingkan diri di luar negeri sejak dikudeta pada 2006, dalam politik Thailand masih cukup kuat. (ajw/ayp)
Baca Kelanjutan Partai Pro Militer Unggul, Oposisi Sebut KPU Thailand Curang : http://bit.ly/2Jtt5SVBagikan Berita Ini
0 Response to "Partai Pro Militer Unggul, Oposisi Sebut KPU Thailand Curang"
Post a Comment