
Menurut pengalaman jurnalis AFP, Eva Xiao, yang mengunjungi Xinjiang mengalami langsung pengalaman itu. Selama enam hari di sana, mereka hanya mampu mengabadikan dari jauh tiga kamp khusus etnis Uighur karena dihambat dengan berbagai macam cara.
Mereka lantas langsung paham kejadian itu cuma dibuat-buat. Hal itu juga tidak bisa mengalihkan perhatian mereka dan tetap melaju menuju kamp yang dimaksud.
Meski demikian, mereka kerap menemukan jalan ditutup dengan alasan ada perbaikan. Padahal tidak terlihat ada kerusakan apapun. Alhasil mereka dipaksa untuk putar balik. Yang janggal adalah peristiwa itu hanya terjadi ketika mereka sudah dekat dengan sebuah kamp. Insiden ini terjadi di daerah Hotan.
Mobil yang mereka tumpangi pun kerap dibuntuti. Ketika ditanyakan kepada pengemudi dan penumpangnya, mereka berdalih adalah turis yang tersesat dan mencari jalan pulang. Hal ini cuma sebagian kecil dari perlakuan janggal terhadap para jurnalis yang bertandang ke Xinjiang.
"Seorang polisi menyita kamera saya dan menghapus foto yang saya ambil tanpa sepengetahuan saya," kata Nathan.
Lain lagi dengan cerita koresponden surat kabar Telegraph, Sophia Yan. Dia mengaku terpaksa berjalan kaki sejauh 80 kilometer bersama seorang rekannya karena diturunkan dari taksi di tengah jalanan Xinjiang yang dikelilingi gurun. Penyebabnya adalah sang sopir taksi mendadak menerima perintah melalui radio komunikasinya untuk segera kembali ke pool dan menurunkan penumpangnya.
Bahkan tim AFP juga mengalami kejadian buruk ketika berada di Kota Kashgar. Ketika pulang dari meliput, mereka menemukan kamar hotelnya sudah terbuka oleh orang tidak dikenal yang sudah terlihat bolak-balik di depan penginapan. Beruntung tidak ada barang yang diambil saat itu, hanya posisi tas yang bergeser.
Keberadaan kamp khusus etnis Uighur itu menimbulkan kekhawatiran akan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh pemerintah China. Menurut pengakuan kerabat dan mereka yang sudah bebas, pemerintah China memaksakan ideologi komunisme kepada para etnis Uighur. Namun, China beralasan kamp itu adalah tempat pendidikan dan pelatihan untuk mengasah keterampilan etnis Uighur dan menyangkal isu pelanggaran HAM. (ayp/ayp)
Baca Kelanjutan Kisah Wartawan Susah Payah Meliput ke Kamp Uighur : https://ift.tt/2X6LeJhBagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah Wartawan Susah Payah Meliput ke Kamp Uighur"
Post a Comment