Dalam tajuk rencana yang dirilis pada Senin (3/6), surat kabar China berbahasa Inggris The Global Times menyebut tindakan pembantaian demonstran oleh pemerintah kala itu merupakan upaya meningkatkan imunitas menghadapi kekacauan.
Pada 4 Juni 1989, Pemerintah China kala itu melakukan tindakan kekerasan berupa penembakan massal terhadap ribuan demonstran pro-demokrasi yang melakukan aksi di Lapangan Tiananmen, Beijing.
Ratusan, bahkan disebut lebih dari seribu orang, masyarakat sipil tewas dalam insiden tersebut.
"Selayaknya sebuah vaksinasi untuk masyarakat China, insiden Tiananmen akan meningkatkan imunitas China secara signifikan menghadapi berbagai kekacauan politik di masa depan," begitu petikan tajuk rencana media nasionalis yang berafiliasi dengan media corong Partai Komunis China, The People's Daily, itu.
Insiden Tiananmen terjadi pada 1989. (REUTERS/Arthur Tsang)
|
Wei mengatakan hal itu di depan menteri pertahanan lainnya dari seluruh dunia dalam forum di Singapura, Minggu (2/6).
Tajuk rencana yang dirilis oleh The Global Times tersebut tergolong jarang terjadi karena topik terkait insiden Tiananmen merupakan isu yang tabu dibicarakan di daratan China.
Tajuk rencana itu juga mengatakan insiden tersebut menjadi "titik balik" yang menjadi pembeda antara kemajuan cepat ekonomi China dan nasib negara komunis lainnya seperti Uni Soviet dan Yugoslavia yang luluh lantak.
Tulisan yang dirilis dalam bentuk cetak dan daring tersebut juga mengecam para pemberontak, media dan politisi Barat, dengan menyebut berbagai kritikan yang selama ini terlontar untuk insiden itu tak akan berdampak nyata pada masyarakat China.
Insiden Tiananmen 30 tahun lalu merupakan bentrok mahasiswa pro demokrasi dengan militer. (AFP PHOTO STAFF)
|
"Kami sungguh-sungguh memperingatkan Pemerintah China untuk menghadapi kesalahan sejarah, dan secara tulus meminta maaf sesegera mungkin." tulis pernyataan tersebut.
Insiden tersebut bermula dari protes mahasiswa pada pertengahan April 1989 yang dipicu oleh kematian Hu Yaobang, sekretaris jenderal jenderal Partai Komunis yang mengundurkan diri.
Hu dipandang sebagai sosok liberal dan dipaksa mengundurkan diri dari posisinya oleh Deng Xiaoping, pemimpin revolusi Partai Komunisme China yang sekaligus pemimpin generasi kedua Mao Zedong.
Tindakan penyingkiran Hu Yaobang dianggap oleh para demonstran sebagai perlakuan tak adil. Bermula dari protes kecil, perlahan meluas dan melibatkan ribuan orang. (end)
Baca Kelanjutan Media China Ibaratkan Kasus Tiananmen sebagai Vaksinasi : http://bit.ly/2ELLKpVBagikan Berita Ini
0 Response to "Media China Ibaratkan Kasus Tiananmen sebagai Vaksinasi"
Post a Comment