
Bentrokan berdarah itu dipicu ketika suku Raipbo dan suku Pulgma Nambka di Provinsi Hela bertikai memperebutkan wilayah yang kaya akan cadangan emas.
Penyebab Bentrokan
Meski penyebab perselisihan masih simpang siur, saksi mata dan media setempat menyatakan bentrokan selama tiga hari terakhir diawali oleh penyergapan enam warga lokal di Provinsi Hela pada 6 Juli lalu. Keenam orang tersebut tewas.
Sehari setelahnya, kelompok bersenjata memasuki Desa Karida di pusat Hela dan membunuh 18 orang termasuk dua wanita hamil serta bayinya. Sejumlah gambar yang tersebar menunjukkan mayat-mayat dibungkus kelambu. Salah satu jasad anak-anak tergeletak dengan luka kepala parah.
Pusat Bentrokan
Serangan terbaru terjadi di Desa Karida, Provinsi Hela. Wilayah itu terletak di bagian tengah dataran tinggi Papua Nugini.
Wilayah itu terkenal terjal dengan hutan-hutan yang lebat. Sejumlah sungai di wilayah itu bisa dilalui dengan perahu.
Dikutip AFP, warga lokal mengatakan pertikaian semakin diperkeruh oleh kehadiran pihak luar, seperti tentara bayaran dan pedagang senjata, yang bersedia membantu pihak berkonflik atas dasar uang.
Selain itu, tingkat ketidakpercayaan warga terhadap polisi juga sangat tinggi. Banyak pihak yang lebih percaya terhadap jasa keamanan swasta dibandingkan aparat lokal, terutama di Ibu Kota Port Moresby, yang merupakan salah satu kota paling berbahaya di dunia.
Menurut Palang Merah Internasional, pertempuran antar-suku di wilayah itu menewaskan puluhan orang dan memaksa ribuan lainnya mengungsi setiap tahun.
Pihak yang Bertanggung Jawab
Hingga kini kepolisian masih menyelidiki bentrokan ini sehingga aparat belum bisa memutuskan siapa yang bertanggung jawab.
Perdana Menteri James Marape menyalahkan petinggi "kelompok bersenjata dari suku Haguai, Liwi, dan OKiru" atas insiden ini. Ketiga kelompok itu telah lama bertikai dengan suku Tagali.
Bentrok Antar-suku Kerap Terjadi
Papua Nugini memang terkenal memiliki masyarakat beragam. Mereka memiliki lebih dari 800 bahasa dan suku yang kuat.
Dalam sejumlah kasus, masyarakat lokal bahkan lebih menjunjung tinggi tokoh masyarakat dibandingkan dengan menaati pemerintah pusat.
Dengan tingkat ekonomi rendah dan populasi yang meningkat dua kali lipat dalam setengah abad terakhir, persaingan antar-kelompok pun semakin sengit terutama dalam perebutan tanah dan sumber daya alam.
Bentrokan terbaru juga disebut-sebut berhubungan dengan penguasaan wilayah di dekat Gunung Kare. Wilayah itu terkenal memiliki emas berkualitas tinggi.
Jika melihat sejarah, konflik antar-suku di Papua Nugini sudah terjadi jauh sebelum bangsa Barat menjajah negara itu sekitar 1930-an. (rds/ayp)
Baca Kelanjutan Mengurai Fakta Perang Antarsuku di Papua Nugini : https://ift.tt/2LLCLsZBagikan Berita Ini
0 Response to "Mengurai Fakta Perang Antarsuku di Papua Nugini"
Post a Comment