
"Saya berterima kasih kepada keluarga saya atas kesabarannya yang luar biasa. Seakan-akan masa remaja saya belum cukup menimbulkan masalah bagi mereka, kini mereka harus menghadapi bahwa saya kini digambarkan di publik bak musuh negara nomor satu," ujar Veronica seperti dilansir melalui Facebook.
https://www.facebook.com/100009969949050/posts/1027199317622390/
Veronica menyampaikan pernyataan itu saat menerima penghargaan Sir Ronald Wilson Human Rights Award dari Australian Council for International Development (ACFID) pada Rabu (23/10).
Di awal pidatonya, Veronica menyamakan penderitaan dan perjuangan Aborigin di Australia dengan orang Papua di tanahnya sendiri.
Menurutnya, akibat operasi gabungan aparat keamanan, kini setidaknya 60 ribu warga sipil mengungsi di Papua, termasuk di Nduga.
"Pemerintah Indonesia tidak senang ketika saya membagikan video-video yang menunjukkan lebih dari seratus ribu orang West Papua turun ke jalan di seluruh West Papua dan Indonesia pada Agustus dan September ini, meminta referendum penentuan nasib sendiri," ucap Veronica.
Ia pun mempersembahkan penghargaan dari ACFID tersebut kepada semua korban tindak kekerasan aparat, juga 22 tahanan politik yang dikenakan pasal makar dalam dua bulan belakangan.
"Akhir kata, saya berharap supaya penghargaan tahun ini bisa meningkatkan kesadaran di Australia tentang pelanggaran HAM yang dialami orang West Papua dan penyangkalan terhadap hak fundamental atas penentuan nasib sendiri mereka yang telah berlangsung selama puluhan tahun," katanya.
Meski Indonesia sudah meminta Interpol mengeluarkan red notice, Australia bergeming. Veronica bahkan dengan bebas berbicara di hadapan parlemen Australia untuk menyoroti pelanggaran HAM di Papua. (has/asa)
Baca Kelanjutan Cerita Veronica Koman saat Dianggap 'Musuh' Nomor Satu Negara : https://ift.tt/2NaSbpEBagikan Berita Ini
0 Response to "Cerita Veronica Koman saat Dianggap 'Musuh' Nomor Satu Negara"
Post a Comment