1. Swedia Hentikan Penyidikan Kasus Pemerkosaan Julian Assange
Pemerintah Swedia memutuskan menghentikan penyidikan kasus dugaan pemerkosaan yang disangkakan kepada pendiri WikiLeaks, Julian Assange. Mereka memutuskan melakukan hal itu karena alasan rentang waktu antara waktu kejadian dan proses hukum yang dilakukan terlampau jauh, yakni hingga sembilan tahun.
"Sembilan tahun sudah berlalu. Waktu adalah kunci utama dari kasus ini. Bukti berupa pengakuan lisan semakin lemah seiring berjalannya waktu," kata jaksa penuntut umum Swedia, Eve-Marie Persson, seperti dilansir Associated Press, Rabu (20/11).
Persson menyatakan meskipun korban menyampaikan pengakuan berupa kronologi kejadian itu, tetapi lagi-lagi ingatan akan melemah seiring waktu.
"Meskipun pengakuan korban sudah sangat rinci dan panjang," ujar Persson.
Menurut kuasa hukum korban, Elisabeth Massi Fritz, dia kecewa dengan keputusan penegak hukum Swedia memutuskan menghentikan penyidikan. Sebab dia menyatakan kliennya sudah memberikan kesaksian panjang lebar secara tertulis terhadap penyidik, serta diminta kesaksian lisan dan didukung bukti forensik dari dokter.
2. Senat AS Setuju Loloskan RUU Demokrasi Hong Kong
Senat Amerika Serikat menyetuji Rancangan Undang-Undang (RUU) Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong setelah melalui proses pemungutan suara pada Selasa (19/11).
Associated Press melaporkan, Rabu (20/11), RUU yang mendukung penerapan hak asasi manusia di wilayah tersebut dapat memberikan sanksi bagi para pejabat pemerintah China dan Hong Kong yang melakukan pelanggaran HAM.
RUU itu juga dapat digunakan sebagai instrumen peninjauan tahunan terkait status perdagangan kepada Hong Kong dari AS.
Anggota Senat perwakilan Florida, Marco Rubio, menuturkan pengesahan RUU tersebut merupakan langkah penting dalam meminta pertanggungjawaban dari pemerintah China dan kota Hong Kong.
3. AS Sebut Rudal Iran Paling Canggih di Timur Tengah
Kementerian Pertahanan Amerika Serikat menyatakan Iran berhasil mengembangkan sistem senjata peluru kendali yang paling besar dari yang dimiliki negara-negara Timur Tengah lainnya, termasuk Israel. Pentagon menuturkan pengembangan sistem alat utama sistem pertahanan itu berlangsung meski selama ini Teheran terikat oleh serangkaian sanksi internasional.
"Iran memiliki kekuatan rudal terbesar di Timur Tengah," ucap seorang pejabat intelijen AS yang merujuk pada penelitian yang dilakukan Pentagon, seperti dilansir AFP.
Menurut Badan Intelijen Pertahanan AS, Iran memiliki program pengembangan rudal yang luas. Kecanggihan sistem rudalnya juga terus berkembang meskipun komunitas internasional telah berupaya menahan kemajuan teknologi mereka selama puluhan tahun melalui serangkaian sanksi.
Penelitian Pentagon itu memaparkan bahwa Iran menganggap sistem rudal sebagai kebutuhan strategis negara lantaran keterbatasan kapabilitas angkatan udaranya.
Menurut Pentagon Iran terus mengembangkan sistem rudal balistik dan mengandalkan itu sebagai kemampuan serangan jarak jauhnya demi mencegah serangan dari musuh-musuh di kawasan terutama AS, Israel, dan Arab Saudi.
Laporan itu memaparkan bahwa Iran telah mengembangkan sejumlah rudal yang dapat mencapai target hingga jarak 2.000 kilometer. Rudal-rudal itu bisa mencapai Israel atau Arab Saudi. (ayp/ayp)
Baca Kelanjutan Kasus Pemerkosaan Julian Assange sampai Sistem Rudal Iran : https://ift.tt/35kaiktBagikan Berita Ini
0 Response to "Kasus Pemerkosaan Julian Assange sampai Sistem Rudal Iran"
Post a Comment