Sang putra mahkota baru juga ditunjuk sebagai wakil perdana menteri dan akan melanjutkan perannya sebagai menteri pertahanan. Dengan demikian, dia akan terus memimpin pertempuran yang dipimpin Saudi di Yaman.
Meski pengumuman penunjukan Mohammed bin Salman ini mengejutkan banyak pihak, para pengamat justru sudah memperkirakannya sejak lama. Alasannya, kewenangan luas yang diberikan Raja Salman dalam beberapa tahun belakangan ini memberi kesan seolah dia sedang dipersiapkan untuk memimpin negara.
Kini tampaknya Mohammed Bin Nayef, 57, tidak akan lagi bisa berkutik karena ditikung oleh Putra Mahkota yang baru. Menyusul spekulasi yang menyebut Saudi mesti dipimpin oleh orang dari generasi muda, Mohammed bin Salman, 31, jelas menjadi pilihan untuk memodernisasi kerajaan sembari mengonsolidasi kekuatan.Untuk Amerika Serikat, penunjukan Mohammed bin Salman bisa jadi merugikan. Prioritas AS di Timur Tengah adalah stabilitas dan situasi yang mudah diprediksi. Sementara, naiknya Mohammed bin Salman yang relatif kurang berpengalaman justru bisa membuat kawasan menjadi lebih labil.
Sebagai menteri pertahanan, Sang Pangeran telah mengambil sikap keras terhadap Qatar, Iran dan Yaman. Dengan demikian, AS pun mesti bersiap terjebak dalam ketegangan politik kawasan yang terus meningkat.
Krisis diplomatik terkini antara Saudi dan Qatar menjadi pelajaran buat Amerika dalam mengarungi jalur sempit diplomatik di Timur Tengah. Diketahui, Riyadh mencoba untuk mengisolasi Doha atas klaim yang menyebut negara tersebut mendukung terorisme.
Washington secara publik mendukung Saudi dalam kekisruhan ini. Namun, di saat yang sama, mereka juga mesti mempertahankan markas militer besarnya di Qatar.Dengan naiknya Mohammed bin Salman menjadi Putra Mahkota, menurut analisis CNN, dapat diasumsikan Arab Saudi akan melipatgandakan posisi garis kerasnya terhadap Qtaar, Iran dan konflik Yaman.
[Gambas:Video CNN]
Sementara untuk Qatar sendiri, sulit untuk melihat dampak penunjukan ini dalam jangka pendek. Namun, pesannya jelas, hal ini berarti sikap keras Saudi akan bertahan dalam jangka panjang dan tidak akan ada suara dari generasi tua yang lebih bijak untuk menyelamatkan negara tersebut dalam waktu dekat.
Dampak terbesar mungkin akan terasa bagi Iran. Langkah ini akan membuat situasi antara kedua negara yang kini sudah berbahaya menjadi semakin labil.
Pada awal Juni, Iran menuding Saudi bertanggung jawab atas aksi teror di Teheran. Mereka menggunakannya sebagai alasan untuk meluncurkan rudal ke Suriah, melalui wilayah Saudi.Ketegangan antara keduanya belakangan perlahan meningkat, dan Mohammed bin Salman telah mengambil sikap keras terhadap Iran. "Kami adalah target utama untuk rezim Iran," ujarnya dalam wawancara belum lama ini. "Kami tidak akan menunggu serangan terjadi di Arab Saudi, kami akan bekerja sehingga perang terjadi di wilayah Iran.
Begitu pula untuk Yaman. Perdamaian tampaknya masih jauh dari realisasi untuk negara yang dilanda konflik hingga kelaparan ini.
Dalam konflik ini, Mohammed bin Salman berperan besar, terutama dalam membantu pasukan Yaman melawan pemberontak Houthi yang dibantu Iran. Dalam beberapa hal, ini adalah pertempurannya dan dia mesti mengakhiri perang tersebut.
Namun, ini bukan hanya soal menyelamatkan wajahnya. Stabilitas Saudi berhubungan dengan stabilitas Yaman dan, untuk alasan itu, kerajaan tersebut mesti berhenti mendukung Yaman.Kenyataan pahitnya, konflik di Yaman adalah perang proxy Iran melawan Saudi, dan putra mahkota baru ini adalah salah satu arsiteknya. Peperangan ini tidak akan bisa diselesaikan lewat jalur diplomasi dalam waktu dekat.
(aal)
Baca Kelanjutan Dampak Reshuffle Kerajaan Saudi bagi Dunia : http://ift.tt/2rYQZJLBagikan Berita Ini
0 Response to "Dampak Reshuffle Kerajaan Saudi bagi Dunia"
Post a Comment