Anak-anak berkumpul di sisi timur kota. Beberapa anak bermain di ayunan tua dan yang lainnya bermain dengan senapan mainan. Senapan mainan ini termasuk dalam mainan yang diizinkan oleh kelompok militan ISIS setelah mereka berhasil mengambil alih kota pada Juni 2014.
Kaum militan menerapkan versi ekstrem Islam yang menghubungkan mainan berwajah, seperti boneka dengan penyembahan berhala. Sebaliknya mereka mendorong anak-anak untuk melatih kemampuan bersenjata dan mengubah buku teks pelajaranuntuk mencerminkan ideologi militer mereka. Anak-anak bahkan diajarkan tentang penambahan bom dan peluru dalam latihan matematika.
Di bawah ISIS, salat Id diizinkan namun tanpa perayaan apapun.
Meski kini ISIS sudah berhasil diusir dari kota, bagi banyak orang perayaan Idul Fitri kali ini masih dibayangi oleh kehancuran menara miring bersejarah mereka. Menara ini diledakkan oleh gerilyawan pada Rabu lalu. Sejak saat itu warga merasa ketakutan akan adanya ribuan warga sipil yang terjebak di kota tua Mosul barat yang masih ada di bawah kendali ISIS.
"Ini tidak akan benar-benar jadi Idul Fitri sebelum kembali ke rumah," kata seorang pria berusia 60-an, yang mengungsi dari sisi barat kota, melintasi sungai Tigris, dikutip dari Reuters.
Lebih dari 50 ribu warga sipil, sekitar setengah dari populasi kota tua tetap berada di bawah ISIS. Warga sipil terjebak dalam rumah tua yang hancur dalam kondisi mengerikan.
Mereka terjebak dengan sedikit makanan, air, atau obat-obatan, hanya dengan persediaan yang mereka bawa saat melarikan diri.
"Idul Fitri ini berbeda," kata seorang pria yang tak mau menyebutkan namanya. (chs)
Baca Kelanjutan Lebaran Pertama Warga Mosul Timur Tanpa ISIS : http://ift.tt/2sR2N2HBagikan Berita Ini
0 Response to "Lebaran Pertama Warga Mosul Timur Tanpa ISIS"
Post a Comment