Search

Iran dan Tuntutan Pengelolaan Mekkah, Madinah

Reza, jemaah haji asal Iran, merasa senang dan sedih saat menjalani ibadah haji tahun ini.

Dia sedih karena teringat tragedi Mina pada ibadah haji 2015 yang menewaskan ratusan jemaah haji asal Iran.

Jemaah asal Iran tidak melakukan ibadah haji pada 2016 setelah Kerajaan Arab Saudi yang merupakan penjaga situs paling suci umat Islam dan pemerintah Iran gagal mencapai kesepakatan terkait pengaturan dan logistik jemaahnya.

Pengaturan beribadah haji merupakan isu yang terus menjadi duri dan keamanan merupakan hal utama bagi dua juta jemaah yang setiap tahun beribadah ke tempat paling suci dalam agama Islam ini.

Pada 2015, jemaah sedang melakukan prosesi lempar jumrah ketika terjadi tragedi Mina yang menewaskan ratusan jemaah dari berbagai negara.

Pemerintah Arab Saudi menyebut angka jemaah yang menjadi korban mencapai 769, sementara sumber lain menyebut jumlah korban yang dikumpulkan dari 30 negara mencapai sekitar 2.300 orang.

Pemerintah Iran menyebut angka korban dari negaranya adalah yang terbanyak dengan jumlah 464 orang.

“Mereka dibunuh, mereka (pemerintah Arab Saudi) tidak membantu korban,” ujar Reza, seorang mantan pejabat perusahaan minyak Iran, kepada kantor berita AFP yang menemuinya di sebuah hotel di Mekah.

Namun Reza mengatakan langkah-langkah pengamanan baru yang kini diterapkan membuat dirinya merasa aman.

"Tahun ini semua jelas," ujarnya.

"Mereka mengambil langkah pengamanan yang lebih baik, jika tidak kami tidak akan beribadah haji," katanya. Dan "para pemimpin haji dari Iran memberi tahu jadwal ibadah untuk mencegah insiden pada 2015 terulang kembali."

Pemerintah Iran mengatakan lebih dari 86 ribu warganya melakukan ibadah haji tahun ini, dan masing-masing dibekali dengan gelang identitas diri yang bermanfaat jika terjadi insiden.

Gelang "buatan Teheran" ini bisa terhubung dengan ponsel pintar dan bisa digunakan untuk mendapatkan informasi haji.

Melempar jumra yang menjadi salah satu bagian dari ibadah hajiMelempar jumra yang menjadi salah satu bagian dari ibadah haji dan pada 2015 terjadi insiden mematikan ketika jemaah menjalankan kegiatan ini. (Reuters/Ahmad Masood)
Selama berbulan-bulan setelah kejadian pada 2015 pemerintah Iran mengecam Saudi, mengkritik penyelenggaraan haji dan mempertanyakan hak kerajaan Arab Saudi sebagai penjaga situs-situs paling suci dalam ajaran Islam ini.

“Tempat Suci bagi Semua”

Pada Januari 2016, Saudi yang didominasi oleh Islam Suni dan Iran yang mayoritas warganya Islam Syiah memutus hubungan diplomatik.

Langkah ini dilakukan setelah pengunjuk rasa Iran menyerbu kedutaan besar Arab Saudi sebagai protes atas eksekusi ulama Syiah terkenal oleh Saudi.

Di sisi lain, Teheran dan Riyadh memang berbeda pendapat dalam sejumlah perselisihan kawasan, seperti pada konflik di Suriah, Yaman dan Bahrain serta krisis diplomatik antara Qatar dan blok Negara Teluk pimpinan Arab Saudi.

Namun, kesepakatan terkait partisipasi warga Iran beribadah haji berhasil dicapai pada Maret 2017 setelah melalui perundingan panas selama beberapa bulan.

“Ini konflik antara dua negara. Warga Iran ingin beribadah haji,” kata Mohammed, jemaah asal Iran.

Mohammed juga beribadah haji ketika insiden 2015 terjadi. Dia menyebut sejumlah rekannya tewas sementara dia sempat kehilangan kesadaran meski akhirnya selamat.

Menurut Fariba Adelkhah dari pusat studi dan penerlitian Universitas Po Perancis, Iran tidak bisa terus-menerus melarang warganya beribadah Haji.

“Larangan itu akan ada batasnya. Bisakah politik mempertanyakan ibadah wajib agama? Pertanyaaan itu hangat diperdebatkan di Teheran,” kata Adelkhah.

Pemerintah Iran menginginkan agar otoritas menjaga situs suci di Mekkah dan Madinah tidak hanya dipegang oleh Kerajaan Arab Saudi.Pemerintah Iran menginginkan agar otoritas menjaga situs suci di Mekkah dan Madinah tidak hanya dipegang oleh Kerajaan Arab Saudi.(AFP Photo/Bandar Aldandani)
“Pemerintah Iran tidak mau bertanggung jawab atas larangan warganya beribadah ke Mekkah,” tambahnya.

Jemaah Iran yang memenuhi hotel tempat Reza menginap di bagian Al-Aziziya, kota Mekkah, sepakat bahwa pencabutan larangan itu adalah keputusan yang tepat.

Mariam, guru bahasa Inggris di Iran, mengatakan tempat suci harus terbuka bagi semua umat Islam “dan Arab Saudi tidak boleh melarang negara manapun”.

“Saya berharap suatu hari nanti semua negara Islam bisa ikut menjaga tempat suci ini, tidak hanya Arab Saudi," kata dia.

Hak menjaga tempat suci Islam saat ini dipegang oleh Kerajaan Arab Saudi, dan Raja Arab Saudi pun memiliki gelar sebagai “Penjaga Dua Masjid Suci” di Mekkah dan Madinah. </span> (yns)

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Iran dan Tuntutan Pengelolaan Mekkah, Madinah : http://ift.tt/2xP3EC4

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Iran dan Tuntutan Pengelolaan Mekkah, Madinah"

Post a Comment

Powered by Blogger.