“Kami mengetuk nurani mereka yang membunuh orang-orang tak berdaya, terutama mereka yang menutupi wajah mereka, untuk berhenti menyia-nyiakan nyawa manusia,” kata Kardinal Tagle, seperti dilansir media, Minggu (20/8).
Menurut Kardinal, masalah narkoba seharusnya tak diturunkan menjadi isu politik dan kriminalitas belaka. Itu adalah masalah kemanusiaan yang berdampak pada semua orang.
“Bunyi lonceng adalah panggilan untuk menghentikan persetujuan terhadap pembunuhan-pembunuhan itu,” kata Villegas, dalam pernyataannya di provinsi Pangasinan. “Negara sedang kacau, petugas yang membunuh diberi penghargaan dan korbannya dipersalahkan.”
Selama ini gereja terkesan diam saja terhadap tindakan Presiden Duterte. Sejak dilancarkan pertama kali pada 14 bulan lalu, sudah 3.200 orang tewas.
Sebanyak 2.000 orang lainnya tewas dalam kasus yang berkaitan dengan narkotika. Pada banyak kasus, pembunuhan dilakukan orang penembak bertopeng yang menumpang sepeda motor. Kelompok pembela HAM menduga pelaku adalah polisi yang menyamar atau pembunuh bayaran.
Satu pekan lalu saja ada 90 orang yang dibunuh. Sebanyak 32 orang tewas dalam satu hari di Provinsi Bulacan, pada Selasa (15/8).
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tokoh Agama Kritisi Perang Narkoba Presiden Duterte"
Post a Comment