Kelompok militan yang selama ini telah membunuh ratusan warga sipil dan tentara Afghanistan lewat serangan-serangan teror itu mengecam tindakan pemerintah Myanmar yang mereka sebut sebagai "kampanye pemusnahan etnis" Rohingya.
"Kami mengecam tindakan pemerintah Myanmar yang kami anggap sebagai pemusnahan etnis. Bahkan itu dilakukan saat perayaan Iduladha," bunyi pernyataan Taliban.
Taliban, yang masih mengontrol sekitar 30 persen wilayah Afghanistan, juga menyatakan dukungannya terhadap negara dan organisasi Islam yang telah angkat suara menanggapi kekerasan serta pelanggaran HAM yang menyasar etnis Rohingya tersebut.
"Kami meminta seluruh umat Islam di dunia untuk tidak melupakan saudara kita yang tertindas di sana [Myanmar]," seperti dikutip Los Angeles Times, Selasa (5/9).
Pemerintah Myanmar kembali menjadi perhatian internasional setelah bentrokan antara aparat militer dan etnis minoritas Muslim, khususnya Rohingya, kembali mencuat sejak sepekan terakhir dan menewaskan sedikitnya 400 orang.
Perserikatan Bangsa-Bangsa bahkan melaporkan sekitar 87 ribu Rohingya telah melarikan diri keluar Myanmar dalam sepuluh hari terakhir.Berbagai respons internasional, terutama dari dunia Islam, menghujani pemerintahan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi yang dinilai gagal menghentikan kekerasan dan melindungi warganya sendiri.
Pemerintah Afghanistan telah lebih dulu mengungkapkan kecamannya terhadap aparat militer Myanmar yang dianggap telah melakukan "pembantaian."
Pemerintah Presiden Ashraf Ghani juga mendesak komisi HAM PBB untuk segera menyelidiki pelanggaran kemanusian di negara Asia Tenggara itu.
Sementara itu, menteri luar negeri Turki juga meminta Bangladesh--negara yang berbatasan langsung dengan Myanmar untuk mau menampung para pengungsi Rohingya yang datang.Presiden Recep Tayyip Erdogan bahkan berjanji akan membayar biaya penampungan Rohingya di Bangladesh. Sejauh ini, Ankara telah menggelontorkan dana sebesar US$70 juta untuk bantuan kemanusiaan Rohingya.
Selain Turki, Malaysia juga sudah lama menyuarakan kritikan kerasnya terhadap Myanmar mengenai kekerasan yang terjadi pada etnis Rohingya.
Perdana Menteri Najib Razak pun meminta pasukan keamanan Myanmar untuk mencari pendekatan holistik menyelesaikan krisis di Rakhine.
"Kami mendorong seluruh pihak untuk menahan diri. Malaysia mendukung seruan Sekjen PBB yang meminta aparat keamanan Myanmar menangani krisis di Rakhine secara holistik," kicauannya di Twitter.
[Gambas:Twitter]
Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar juga ikut mengambil tindakan menanggapi kekerasan berkepanjangan di Rakhine.
Pada Senin (4/9), Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi bertolak ke Myanmar dan menemui sejumlah otoritas di sana termasuk pemimpin de facto negara itu, Aung San Suu Kyi.
Dalam pertemuannya, Retno mengusulkan sejumlah formula bagi Myanmar dalam menangani situasi di Rakhine.
Salah satu solusi yang diusulkan yakni mendesak Myanmar untuk tidak menggunakan kekerasan dan melindungi seluruh warga di Rakhine tanpa memandang ras dan agama.
(aal)
Baca Kelanjutan Taliban Ikut Kecam Pemusnahan Etnis Rohingya di Myanmar : http://ift.tt/2j0givpBagikan Berita Ini
0 Response to "Taliban Ikut Kecam Pemusnahan Etnis Rohingya di Myanmar"
Post a Comment