Search

ICRC: Infrastruktur Minim, Bantuan ke Rakhine Terhambat

Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudimengatakan bantuan kemanusiaan masih harus ditingkatkan di Rakhine, Myanmar, seiring dengan dimulainya proses pemulangan ratusan ribu pengungsi Rohingya dari Bangladesh.

Karena itu Retno mendorong seluruh pihak terlibat termasuk organisasi kemanusiaan berkerja sama membantu danmemantau proses repatriasi ini. Indonesia, tuturnya, pun siap berkontribusi membantu proses pemulangan para pengungsi Rohingya yang sebeumnya lari dari Rakhine karena krisis kemanusiaan yang memburuk di sana.

"Akses dan bantuan kemanusiaan di Rakhine masih harus ditingkatkan. Relokasi pengungsi masih sedang dibahas tapi sejak awal Indonesia telah menyampaikan kesiapannya membantu Myanmar mempersiapkan repatriasi," kata Retno dalam konferensi regional mengenai akses kemanusiaan di Asia, Kamis (8/3), di Jakarta.

Retno mengatakan salah satu kontribusi yang siap dilakukan Indonesia adalah membangun shelter atau tenda sementara dan desa bagi para pengungsi yang baru direpatriasi di Rakhine. Meski tidak menjelaskan detail mengenai pembangunan shelter ini, Retno mengatakan niat kontribusi tersebut sudah disampaikan kepada Myanmar.


Retno juga mengatakan pemerintah terus berkoordinasi dengan Organisasi Palang Merah Internasional (ICRC) sebagai organisasi kemanusiaan yang terjun langsung ke Rakhine untuk menyalurkan bantuan.

"Sejak awal krisis kembali memburuk, saya sudah berbicara dengan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi untuk membuka akses kemanusiaan ke sana. ICRC jadi salah satu yang bisa masuk untuk menyalurkan bantuan. Sejak itu pun kami terus komunikasi dengan ICRC di setiap kesempatan terkait bantuan ke Rakhine ini," paparnya,

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Delegasi Regional ICRC untuk Indonesia dan Timor Leste, Christopher Sutter, mengatakan organisasinya masih terus memberikan bantuan kemanusiaan tak hanya ke Rakhine, tapi juga kamp pengungsian di Bangladesh.

Pengungsi Rohingya di kamp penampungan.Foto: Reuters
Pengungsi Rohingya di kamp penampungan.

Hingga Januari 2018, ICRC, kata Sutter telah menyediakan kebutuhan utama seperti 196 ribu paket makanan, lebih dari 614 ribu liter air bersih, dan bantuan lainnya kepada komunitas terdampak di Myanmar.

Selain itu, sejauh ini, ICRC telah membangun 15 klinik berjalan yang dikelola Kementerian Kesehatan dan Olahraga Myanmar.

Sementara di Bangladesh, Sutter mengatakan ICRC telah menyalurkan bantuan non-makanan kepada setidaknya 15 ribu keluarga di pengungsian. Tim medis yang didukung ICRC, paparnya, juga telah memberikan pelayanan kesehatan kepada setidaknya 43 ribu pengungsi.


"Sampai sekarang, ICRC masih terus menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Rakhine dan Cox's Bazar karena kami satu-satunya organisasi kemanusiaan yang diizinkan menyalurkan bantuan ke daerah konflik di Rakhine," kata Sutter.

Meski menjadi satu-satunya organisasi kemanusiaan yang bisa masuk ke Myanmar, Sutter mengatakan timnya masih dihadapkan sejumlah tantangan dalam menyalurkan bantuan.


Salah satu tantangannya adalah minimnya infrastruktur di daerah konflik sehingga menyulitkan kelompok kemanusiaan menyalurkan bantuan ke sana.

"Selain itu, kami juga membutuhkan kepercayaan dari warga lokal untuk melakukan tugas kami. Kami sebisa mungkin ingin meyakinkan komunitas di sana bahwa kami memberikan bantuan kemanusiaan bagi semua komunitas di Rakhine," ucap Sutter.

[Gambas:Video CNN]

(nat)

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan ICRC: Infrastruktur Minim, Bantuan ke Rakhine Terhambat : http://ift.tt/2HeOj2z

Bagikan Berita Ini

0 Response to "ICRC: Infrastruktur Minim, Bantuan ke Rakhine Terhambat"

Post a Comment

Powered by Blogger.