Pernyataan Penasehat Keamanan Nasional Filipina Hermogenes Esperon ini dikeluarkan untuk menjawab kritik bahwa pemerintah Presiden Rodrigo Duterte bersikap lunak terhadap China dan membiarkan negara itu mempersenjatai Laut China Selatan.
Esperon mengatakan Filipina akan terus mencoba menempuh jalan perundingan untuk mengendorkan ketegangan, tapi opsi perang tetap ada sebagai jalan terakhir jika militer negara itu dipancing atau diserang.
"Presiden mengatakan jika tentara dilukai, itu adalah garis batas merah baginya," kata Esperon seperti dikutip kantor berita Reuters.
Presiden Duterte dikritik karena tidak mengusik Beijing setelah muncul kabar China menempatkan sistem rudal di pulau buatan di perairan yang sibuk dengan lalu lintas kapal, termasuk di dalam Zona Ekonomi Ekslusif Filipina.
Kubu oposisi politik marah karena pemerintah tidak mengajukan protes diplomatik, namun Duterte yang tidak seperti presiden pendahulunya memiliki hubungan erat dengan Beijing karena mensasar investasi dari negara itu. Dia sering menyatakan negara itu tidak bisa berperang dengan China yang jauh lebih kuat.
Pernyataan Esperon ini senada dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Alan Peter Cayetano bahwa Duterte telah memberi tahu China negaranya menolak pembangunan tanpa izin atau pengambilan sumber daya alam di wilayah yang juga diakui oleh Filipina.
China mengklaim sebagian besar wilaya Laut China selatan yang setiap tahun dilalui oleh kapal barang dengan nilai US$3 triliun.
China telah membangun benteng di pulau reklamasi buatannya dengan alasan negara itu berhak untuk melindungi diri.
Minggu lalu, Filipina mengemukakan "keprihatinan serius" terkait kehadiran pesawat pengebom China di wilayah perairan yang dipersengketakan, namun tidak memberi pernyataan atas pengerahan sistem rudal di sana.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Filipina Siap Perang Jika Tentara Dilukai di LCS"
Post a Comment