
Ia mengatakan bahwa sebagai tetangga, negara-negara ASEAN tak bisa tinggal diam ketika ada tragedi yang menyayat hati terjadi di Indonesia.
"Namun, membantu tanpa koordinasi yang baik dan perencanaan strategis hanya akan menghasilkan situasi yang sudah kacau semakin kacau. Bukan membantu, kita mungkin malah menambah masalah pada penyelamat lain," ujar Mahathir, sebagaimana dikutip Bernama.
Melanjutkan pernyatannya, Mahathir berkata, "Jelas di dalam kondisi seperti itu, ACDM memegang peranan penting."
Dilansir dari Center for Excellence in Disaster Management & Humanitarian Assistance, keanggotaan ACDM terdiri dari 10 kepala badan nasional yang bertanggung jawab atas manajemen bencana di masing-masing negara anggota ASEAN.
Anggota ACDM di antaranya terdiri dari Pusat Manajemen Bencana Nasional milik Brunei Darussalam, Komite Nasional Manajemen Bencana milik Kamboja, Badan Nasional Penanggulangan Bencana milik Indonesia, dan lain sebagainya.
Badan ini pertama kali bertugas pada 7 Desember 2004 untuk memulai negosiasi perjanjian ASEAN mengenai manajemen bencana dan tanggap darurat, khususnya kerangka kerja sebagai tindak lanjut kesepaktan kerja sama dimulai pada periode 2004-2010.
ACDM memiliki semboyan "Satu ASEAN, Satu Respons", sebuah semangat dari ASEAN untuk merespons dan menanggapi bencana di wilayah itu sebagai negara pendukung.
Dilansir situs resmi Asosiasi ASEAN, selain mendukung manajemen bencana, ACDM juga memberikan dukungan soal persamaan gender. Mereka mengakui pekerja dan peran perempuan merupakan sebagai komponen penting dalam perencanaan dan manajemen penanggulangan bencana.
Hal ini menyebabkan ACDM berupaya untuk mempekerjakan perempuan dan mempromosikan kesetaraan gender mengenai risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim. (cin/has)
Baca Kelanjutan ACDM, Komite ASEAN yang Didesak Koordinasi Bantu Gempa Palu : https://ift.tt/2xZHpfgBagikan Berita Ini
0 Response to "ACDM, Komite ASEAN yang Didesak Koordinasi Bantu Gempa Palu"
Post a Comment