Tak hanya karena kasus tersebut terjadi di negaranya, insiden yang menimpa Khashoggi disebut sebagai kesempatan bagi Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk membuktikan kebusukan Arab Saudi ke dunia internasional.
Ankara dan Riyadh telah lama bersaing pengaruh di Timur Tengah. Kedua negara juga dikenal berselisih pendapat terkait pengucilan Qatar oleh sejumlah negara Teluk yang hingga kini membuat kawasan semakin terpecah.
Pewaris takhta kerajaan Saudi itu bahkan menganggap Turki sebagai "segitiga setan" di kawasan bersama Iran dan kelompok militan.
Sejak awal kasus Khashoggi mencuat ke publik, Turki segera membuka penyelidikan dan semua kemungkinan yang ada.
Meski penyelidikan masih berjalan, Ankara bahkan langsung berasumsi bahwa Khashoggi dibunuh di dalam gedung konsulat Saudi dalam sebuah "konspirasi nakal yang didukung negara."
Pengakuan Saudi terhadap kematian Khashoggi juga bisa diklaim Erdogan sebagai buah hasil tekanannya selama ini terhadap Riyadh. Erdogan bahkan disebut menjadikan kasus Khashoggi sebagai nilai tawar kerja samanya dengan Saudi.
Sejauh ini tidak ada indikasi Erdogan meminta kompensasi atau bantuan politik kepada Riyadh. Namun, para diplomat negara Barat mencurigai bahwa Saudi akan memberikan "imbalan" kepada Turki jika negara itu mau memberi Riyadh waktu untuk menjelaskan sebab Khashoggi yang menghilang.
Ilustrasi penyelidikan kasus Jamal Khashoggi. (Reuters/Kemal Aslan)
|
"Saat ini Turki sangat membutuhkan dukungan internasional. Ekonomi Turki masih rapuh, belum pulih semenjak jatuhnya mata uang lira pada musim panas ini. Dan Turki diperkirakan akan menghadapi denda besar karena berhubungan dengan Iran yang masih dikenai sanksi," kata Soner Cagaptay, seorang ahli dari Institut Washington untuk Kebijakan Kawasan Asia Barat seperti dikutip The Washington Post.
"Erdogan adalah ahli dalam menciptakan peluang di tengah-tengah krisis. Dia adalah poltikus luar biasa dalam hal itu dan dia tengah mencari peluang (dari kasus ini)."
Tak hanya itu, insiden Khashoggi dianggap bisa menaikkan citra Erdogan di tengah kritik serta tekanan di dalam negerinya lantaran krisis ekonomi dan penangkapan warga asing yang dinilai tak sesuai hukum.
"Otoritas Turki telah membocorkan informasi penyelidikan, yang menurut perkiraan saya digunakan untuk menaikkan harga negosiasi (dengan Saudi)," ucap mantan analis Turki di Kementerian Luar Negeri AS, Joshua Walker.
"Turki tengah menghadapi situasi ekonomi yang sulit sejak musim panas lalu. Dan seperti yang kita lihat hubungannya dengan Qatar tidak cukup bisa memulihkan ekonominya," tutur Walker merujuk pada kesepakatan Qatar yang berjanji akan berinvestasi sebesar US$15 miliar di Turki.
Pemulihan Relasi dengan AS
Di sisi lain, kasus ini juga disebut dimanfaatkan Turki untuk merenggangkan relasi Saudi dan Amerika Serikat yang kian melekat sejak Mohammed menjabat.
Peneliti dari European Council on Foreign Relations, Asli Aydintasbas, mengatakan tujuan strategis utama Turki dalam kasus ini adalah mencari jalan untuk membuat AS "menyesuaikan kembali kebijakannya yang telah sangat bergantung pada Saudi."
"Turki tidak ingin Amerika mendasari seluruh kebijakannya berdasarkan Mohammed bin Salman meski di saat bersamaan, Turki tidak berharap Washington memutuskan aliansinya dengan Saudi," kata Aydintasbas.
"Tujuan Turki adalah untuk mencegah perilaku yang lebih buruk dilakukan Mohammed bin Salman dan Uni Emirat Arab, sekutu utama Saudi."
Direktur Institut Pusat Kajian Timur Tengah Gonul Tol mengatakan Turki "tak ingin berperang sendiri menghadapi Saudi."
"Mereka ingin menjadikan kasus ini sebagai masalah global," katanya. (rds/has)
Baca Kelanjutan Kasus Khashoggi dan Upaya Turki Buktikan 'Kebusukan' Saudi : https://ift.tt/2q5BTDmBagikan Berita Ini
0 Response to "Kasus Khashoggi dan Upaya Turki Buktikan 'Kebusukan' Saudi"
Post a Comment