
Xiao mengklaim sekitar 100 juta wisatawan mengunjungi Provinsi Xinjiang tahun lalu. Dia membantah kabar yang menyebut pemerintah Negeri Tirai Bambu membatasi akses warga asing ke wilayah otonomi khusus itu.
"Pada tahun lalu, ada 100 juta turis mengunjungi provinsi Xinjiang. Mereka termasuk wisatawan domestik dan mancanegara. Jadi siapa saja bisa ke sana, tidak ada persoalan soal pembatasan akses," kata Xiao dalam jumpa pers bersama pemimpin Pengurus Pusat Muhammadiyah di Jakarta, pada Jumat (28/12).
Bahkan juru foto kawakan China, Lu Guang ditangkap oleh aparat ketika berkunjung ke kota Kashgar, Xinjiang. Belum jelas alasan penahanan lelaki yang bermukim di New York, Amerika Serikat itu.
Pada September lalu, laporan kelompok pemerhati hak asasi manusia, Amnesty International mengungkapkan otoritas China telah menahan sekitar 1 juta etnis minoritas tersebut dalam penampungan layaknya kamp konsentrasi.
Di sana, para tahanan dilaporkan didoktrin supaya mengamalkan ideologi komunis. Berdasarkan kesaksian sejumlah warga Xinjiang, otoritas China telah melakukan penahanan secara sewenang-wenang tersebut sejak 2014 silam.
Tak hanya itu, otoritas China juga disebut membatasi hak-hak masyarakat Xinjiang termasuk etnis Uighur untuk beribadah. Pemerintah disebut memberlakukan kebijakan khusus yang cukup ketat bagi masyarakat Xinjiang.
Pada 2014, China dilaporkan melarang murid sekolah dan mahasiswa di Xinjiang untuk berpuasa. Para pengajar dan guru sekolah-sekolah di wilayah itu juga dilarang berpartisipasi dan mewartakan pemikiran agama ketika mengajar.
Karena aturan khusus ini, pemerintah China disebut mengontrol ketat orang-orang, terutama turis, yang ingin mengunjungi Xinjiang.
Xiao mengklaim kebebasan beragama dan hak melakukan ibadah dilindungi hukum dan undang-undang dasar China.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dubes China Klaim Xinjiang Terbuka Bagi Turis"
Post a Comment