
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan, menuturkan pernyataan Anning itu muncul karena ketidakpahaman soal Islam.
Menurut Quinlan, teror Christchurch juga terjadi karena banyak prasangka terhadap suatu agama, etnis, dan komunitas tertentu.
Sebagai salah satu upaya agar warganya belajar lebih banyak soal agama Islam, pemerintah Australia membuka sejumlah masjid pada Minggu (17/3).
"Australia pada hari Minggu pekan lalu menetapkan hari berdoa nasional yang dilakukan oleh seluruh kelompok masyarakat lintas agama hingga pemimpin politik sebagai upaya menunjukkan penerimaan dan penghormatan menyusul apa yang terjadi di Christchurch."
Quinlan menuturkan sebagian besar pengunjung masjid tersebut adalah orang-orang dan keluarga yang tidak pernah pergi ke masjid sebelumnya. Selama sehari, warga-warga tersebut belajar lebih banyak tentang Islam.
Aksi Tarant memicu kekhawatiran akan bahaya kebangkitan kaum ekstremis sayap kanan di Australia. Quinlan menyebut ada sejumlah kecil kelompok ekstremis sayap kanan di negaranya.
Quinlan mengakui bahwa kehadiran kaum ekstremis sayap kanan merupakan masalah serius, terutama setelah teror Christchurch terjadi.
Sebagai solidaritas, pemerintah Australia terus mempererat relasi dengan pemuka agama Islam di Negeri Kanguru.
Dua hari setelah teror Christchurch, sejumlah pejabat tinggi Australia, termasuk Perdana Menteri Scott Morrison, bertemu dengan imam Masjid Lakemba di Sydney dan sejumlah pimpinan agama Islam dan ulama lainnya untuk menyampaikan belasungkawa atas tragedi di Selandia Baru.
"PM Morrison dan sejumlah menteri kabinet lainnya menghabiskan waktu yang cukup lama di masjid tersebut untuk berbincang dan mengungkapkan keprihatinan atas tragedi di Selandia Baru," kata Quinlan. (rds/has)
Baca Kelanjutan Usai Teror, Australia Anggap Warga Perlu Belajar soal Islam : https://ift.tt/2TmjAGABagikan Berita Ini
0 Response to "Usai Teror, Australia Anggap Warga Perlu Belajar soal Islam"
Post a Comment