Sebagaimana dilansir AFP, ada 500 kamar dalam salah satu hotel paling mewah di ibu kota Sri Lanka tersebut. Namun, hanya 10 kamar yang terisi, padahal biasanya setidaknya 300 kamar didiami tamu.
Tak heran, ketika masuk ke dalam lobi hotel yang berlantai marmer tersebut, koresponden AFP melihat lebih banyak aparat menenteng senapan Ak-47 ketimbang tamu.
Saat akan memasuki hotel saja, dua petugas keamanan sudah mengadang, meminta tamu untuk memasukkan tas ke dalam mesin pindai.
"Terasa sepi ketika saya masuk ke dalam. Kita tahu Cinnamon Grand adalah salah satu hotel terbaik di Colombo. Biasanya sangat sulit mendapatkan kursi di siang hari," katanya kepada AFP.
Bart van Dijk, seorang warga Belanda yang bekerja di perusahaan e-dagang di Sri Lanka, juga mengakui bahwa sebelum serangan pada Paskah lalu, Cinnamon Grand lebih dari sekadar hotel.
"Di negara lain, sebuah hotel hanya menjadi tempat orang untuk tidur ketika sedang dalam perjalanan bisnis atau menjadi turis. Di sini, ada 14 restoran, ada layanan cuci pakaian, tempat olahraga. Hampir satu ekosistem penuh," tuturnya.
Namun, Bart menyayangkan serangkaian aksi bom bunuh diri beruntun yang secara total merenggut lebih dari 250 nyawa itu mengubah citra hotel ini.
Hotel ini merupakan salah satu dari delapan target pengeboman pada Hari Paskah lalu, tiga di antaranya adalah gereja.
Sehari sebelum serangan tersebut, seorang warga Sri Lanka, Inshaf Ibrahim, memesan satu kamar. Keesokan harinya, ia sarapan di salah satu restoran hotel, Taprobane.
Sekitar pukul 09.10 pada Hari Paskah itu, Ibrahim meledakkan bom yang ia bawa di dalam tas punggungya. Akibat aksinya, 20 orang di hotel tersebut tewas. (has)
Baca Kelanjutan Hotel Kena Bom, Jumlah Aparat 'Mengalahkan' Tamu di Sri Lanka : http://bit.ly/2VK3hbxBagikan Berita Ini
0 Response to "Hotel Kena Bom, Jumlah Aparat 'Mengalahkan' Tamu di Sri Lanka"
Post a Comment