Seperti dilansir Associated Press, Senin (6/5), juru bicara kepolisian, Ruwan Gunasekara, menyatakan pemicu kericuhan itu diduga berawal dari mabuk-mabukan pada Minggu (5/5) malam waktu setempat. Dia menolak siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam kejadian itu, tetapi dilaporkan warga etnis Sinhala dan penduduk Muslim terlibat bentrok.
Pemerintah juga sempat memblokir akses media sosial dan menerapkan jam malam. Namun, kebijakan itu dicabut hari ini.
"(Pemblokiran media sosial) itu untuk mengendalikan keadaan," kata Direktur Departemen Informasi Sri Lanka, Nalaka Kaluwewa.
Bentrokan antar-etnis bukan hal baru di Sri Lanka. Negara itu sempat diliputi perang saudara bertahun-tahun antara etnis Tamil dan pemerintah yang mayoritas Sinhala. Pertikaian itu berakhir pada 2009 silam.
Gereja St. Sebastian di Negombo adalah salah satu target serangan teror bom pada 21 April lalu. Jumlah korban yang meninggal mencapai 253 orang dan melukai 500 orang.
Menurut pejabat konsuler Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kolombo, Ullif Taftazani, warga Indonesia yang berada di Negombo tidak terdampak kerusuhan itu.
"Semua WNI baik-baik saja. Tidak ada laporan keterlibatan WNI atau jadi korban," kata Ullif kepada CNNIndonesia.com. (ayp)
Baca Kelanjutan Kerusuhan di Sri Lanka Berakhir, WNI Dilaporkan Aman : http://bit.ly/2LslwOQBagikan Berita Ini
0 Response to "Kerusuhan di Sri Lanka Berakhir, WNI Dilaporkan Aman"
Post a Comment