Search

Sanksi Huawei Bikin Rumit Negosiasi AS dengan China

Jakarta, CNN Indonesia -- Keputusan Amerika Serikat (AS) memberikan sanksi yang kemungkinan bakal melumpuhkan perusahaan telekomunikasi Huawei Technologies Co Ltd mendapat respons dari China. Sikap AS dikatakan bakal melukai diskusi perdagangan antara kedua negara.

Huawei telah dilarang membeli cip, perangkat lunak, dan komponen lainnya dari perusahaan AS tanpa persetujuan khusus. Sanksi ini berlaku mulai Jumat (17/5).

Dalam pernyataan resminya, Huawei mengatakan, kehilangan pemasok dari AS "Akan mengakibatkan kerugian signifikan bagi perusahaan AS" dan mempengaruhi "10 ribu pekerja warga AS".

"Huawei akan mencari solusi dan menemukan penyelesaian untuk masalah ini," kata Huawei.

Keputusan AS yang dinyatakan pada Rabu (15/5) merupakan serangan terkini AS pada China dalam suasana perang dagang antar keduanya. Ketegangan semakin meningkat dan mengancam bakal mengulur perlambatan ekonomi global.

Reuters memberitakan pejabat resmi China mengatakan agresivitas AS bisa melukai pembicaraan perdagangan yang tampaknya menemukan jalan buntu dalam sepekan terakhir. AS sudah meninggikan tarif buat barang-barang China dan China telah membalasnya dengan bea masuk lebih tinggi untuk produk AS.

"China akan mengambil semua langkah yang diperlukan secara tegas untuk melindungi hak sah perusahaan China," kata Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng.

Menteri Luar Negeri China juga sudah mengumumkan penangkapan resmi pada dua warga negara Kanada yang ditangkap setelah Kanada menahan Chief Financial Officer Huawei, Meng Wanzhou, pada Desember lalu.

Kanada mengatakan China tidak menghubungkan penangkapan dua warga negaranya dengan penahanan Meng. Namun para ahli dan mantan diplomat mengatakan yakin hal itu dilakukan untuk menekan Kanada. (fea)

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Sanksi Huawei Bikin Rumit Negosiasi AS dengan China : http://bit.ly/2Efyk5n

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Sanksi Huawei Bikin Rumit Negosiasi AS dengan China"

Post a Comment

Powered by Blogger.