Undang-undang sanksi yang ditandatangani Trump memuat tentang sanksi tambahan bagi Iran, Rusia dan Korea Utara.
Sebelumnya, Iran menyatakan akan menyampaikan keluhan pada lembaga yang mengawasi kesepakatan pada 2015, yang menyebut Iran akan membatasi kegiatan nuklir dengan imbalan pengurangan sanksi. Namun kesepakatan itu dilanggar undang-undang terbaru Trump yang justru menambah sanksi terhadap Teheran, padahal rezim Hassan Rouhani telah mematuhi bagian mereka dalam kesepakatan itu.
“Dalam pandangan kami, kesepakatan nuklir pada 2015 telah dilanggar dan kami akan menunjukkan respons yang sesuai dan proporsional atas pelanggaran ini,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi dalam wawancara dengan stasiun televisi pemerintah, ISNA.
Negara lain yang juga meradang atas sanksi terbaru Amerika Serikat adalah Rusia, yang langsung mendepak ratusan diplomat Negeri Paman Sam dari Kremlin.
Namun demikian, Iran tidak punya hubungan diplomatik ataupun perdagangan dengan AS, sehingga pilihan respons mereka terbatas. Araqchi menyebut aksi ‘balas dendam’ Iran akan dilakukan dengan ‘cerdas’.
“Tujuan utama Amerika menjatuhkan sanksi terhadap Iran adalah untuk menghancurkan kesepakatan nuklir dan kami akan menunjukkan balasan yang cerdas atas hal ini,” tegas Araqchi, dikutip Reuters, Kamis (3/8).
Meskipun demikian, Araqchi menambahkan pihaknya tidak akan menyeret masalah tersebut dalam ranah politik.
“Kami tidak akan bertindak dengan cara yang membuat kita terjerat dalam politik pemerintahan Amerika dan Trump,” kata dia.
Di sisi lain, sanksi terbaru AS terhadap Iran akan digunakan kelompok oposisi untuk mengkritik Rouhani atas kesepakatan nuklir tahun 2015 yang mereka anggap sebagai ungkapan kekalahan.
Pada 2015, Iran menyetujui kesepakatan nuklir yang juga ditandatangani oleh enam negara, yakni Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris, Perancis dan Jerman.
Dalam kesepakatan itu Iran diminta mengurangi aktivitas pengembangan rudal dan nuklir dan sebagai gantinya, perusahaan-perusahaan di Eropa akan melakukan investasi dan kerjasama perdagangan dengan Teheran.
Lewat kesepakatan itu juga, perusahaan minyak dan gas asal Perancis, Total, telah mengembangkan ladang gas alam di South Pars, yang merupakan ladang gas alam terbesar di dunia.
Araqchi menilai, Uni Eropa tidak akan membiarkan Trump menghancurkan kesepakatan bisnis tersebut.
“Kontrak yang telah disepakati oleh Total dan Iran adalah pesan dari Eropa pada Amerika, apapun kondisi yang terjadi, mereka akan melanjutkan hubungan dengan Iran,” papar Araqchi.
(les)
Baca Kelanjutan AS Jatuhkan Sanksi Baru, Iran Bersumpah Balas Dendam : http://ift.tt/2wo5FEMBagikan Berita Ini
0 Response to "AS Jatuhkan Sanksi Baru, Iran Bersumpah Balas Dendam"
Post a Comment