Search

Faktor Geopolitik Buat Jepang Jadi Sasaran Rudal Korut

Lokasi geografis kerap jadi faktor besar dalam perseteruan geopolitik berbagai negara. Hal yang sama pun dinilai terjadi di balik langkah Korea Utara meluncurkan peluru kendali melewati wilayah udara Jepang.

Kepulauan Jepang membentuk rangkaian panjang di lepas pantai daratan utama Asia bagian utara sehingga setiap pemain kawasan yang ingin meluncurkan rudal jarak pendek atau menengah mesti melewatinya.

Proyektil Korea Utara sempat terbang sejauh 2.700 kilometer dari tempat peluncurannya di dekat Pyongyang, sebelum jatuh di samudra, sekitar 1.200 kilometer dari Hokkaido.

Sempat mengancam untuk menembakkan rudal ke Guam yang berjarak 3.500 kilometer dari Korut, jarak yang ditempuh Hwasong-12 bisa jadi sengaja ditentukan untuk mengingatkan Washington bahwa Pyongyang punya kemampuan menyerang wilayah kekuasaan Amerika Serikat yang ada di Pasifik itu.

Namun, alih-alih mengambil risiko berkonflik dengan negara yang mempunyai militer terkuat sedunia itu, Korea Utara memilih menyinggung Jepang, negara pasifis yang kemungkinan besar tidak akan memberikan respons bersenjata.

Dengan demikian, alasan pemerintahan Kim Jong-un di balik peluncuran rudal pada Selasa pagi (29/8) boleh jadi untuk secara tidak langsung menggetarkan Amerika Serikat sembari menunjukkan kemampuan untuk menyerang Guam kapan saja.

"Mereka juga mengirim pesan bahwa Jepang berada dalam jangkauan jika perang sewaktu-waktu pecah," kata Profesor Koh Yu-hwan di Universitas Dongguk kepada AFP.

Korea Utara juga menyiratkan alasan lain mengapa Jepang menjadi sasarannya: sejarah.

Rudal itu, kata Korut, diluncurkan untuk menandai peringatan 107 tahun perjanjian "memalukan" Jepang-Korea yang disepakati pada 1910. Dalam perjanjian itulah Tokyo mengkolonisasi Semenanjung Korea.

Media propaganda Korut, KCNA, mengatakan Kim Jong-un melepaskan dendam kesumat warga Korea" dengan "rencana tegas untuk orang-orang Jepang yang kejam dan tak berperasaan pada 29 Agustus."

Kolonisasi Jepang terjadap Korea yang saat itu belum terpecah diwarnai kekuasaan opresif yang baru berakhir saat Tokyo dikalahkan dalam Perang Dunia II.

[Gambas:Video CNN]

Pasukan kerajaan Jepang memaksa ribuan perempuan Korea bekerja sebagai budak seks di rumah bordil militer selama perang. Hal itu menjadi masalah yang masih merenggangkan hubungan kedua negara hingga hari ini.

Hubungan Tokyo-Pyongyang juga merenggang akibat penculikan sejumlah warga Jepang pada 1970-an dan 1980-an silam untuk melatih mata-mata Korea Utara.

Apa yang bisa dilakukan Jepang?

Jepang dapat dikatakan sudah kehabisan pilihan dalam jalur diplomatik.

Sebagian besar negara di dunia mengecam pengembangan nuklir dan rudal Korut. Seperti AS, Tokyo pun sudah menjatuhkan sanksi terhadap Pyongyang dan memperberatnya pada pekan lalu.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bakal meminta tekanan terhadap Korut ditingkatkan dalam Rapat Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa bulan depan. Hanya sedikit pakar yang menilai hal tersebut bisa berbuah perubahan berarti.

Secara domestik, peluncuran itu memberikan Jepang alasan untuk memperkuat sistem pertahanan rudalnya, termasuk mengadopsi skema pertahanan rudal Aegis yang berbasis di daratan, untuk melengkapi sistem yang sudah ada di lautan. Selain itu, Negeri Matahari Terbit juga bisa menggenjot pengadaan sistem satelit peringatan.

Hal ini juga bisa menghidupkan kembali perdebatan soal kemampuan penangkalan nuklir Jepang, terutama jika Korut kembali melakukan uji coba nuklir. Namun, perdebatan itu sangat sensitif karena negara tersebut merupakan satu-satunya yang pernah menjadi korban senjata nuklir.

Mengapa Jepang tidak menembak jatuh rudal Korut?

Jepang menyatakan tidak menembak jatuh rudal Korut karena tidak mengancam wilayahnya dan terbang di atas wilayah udara--meski Tokyo memeringatkan jutaan warga untuk berlindung.

Namun, sejumlah pakar curiga sistem pertahanan rudal Jepang hanya bisa mencapai ketinggian sekitar 500 kilometer. Jika benar, artinya mereka tidak akan bisa menembak rudal Korut yang saat itu mencapai ketinggian 550 kilometer.

"Soal kapasitas kami, mendiskusikan hal tersebut sama saja mengungkap kekuatan rahasia kita," kata Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera.

"Namun saya yakinkan bahwa kita mampu mengambil langkah-langkah yang diperlukan," ujarnya.

Meski di masyarakat internasional langkah menembak jatuh rudal itu bisa dibenarkan sebagai tindakan pertahanan murni dan terbatas, negara-negara tetangga Jepang mungkin menilainya sebagai agresi.

Dan di timur laut Asia, hal-hal seperti itu bisa dengan cepat berubah menjadi situasi yang tak terkendali.

(aal)

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Faktor Geopolitik Buat Jepang Jadi Sasaran Rudal Korut : http://ift.tt/2vIXoKO

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Faktor Geopolitik Buat Jepang Jadi Sasaran Rudal Korut"

Post a Comment

Powered by Blogger.