Sejauh ini, Jakarta dan Kuala Lumpur telah memiliki mekanisme kerja sama kelapa sawit dalam instrumen Council of Palm Oil Producer Countries (CPOPC).
Retno menuturkan, mekanisme kerja sama tersebut sangat strategis sehingga penting diperkuat guna meningkatkan promosi produk minyak kelapa sawit kedua negara.
"Sebagai dua negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia, kolaborasi RI dan Malaysia menjadi sangat penting dan strategis bagi peningkatan produksi sawit yang leatari, daya saing sawit, sekaligus promosi menghadapi kampanye hitam mengenai kelapa sawit," tutur Retno di hadapan Menlu Malaysia Dato Sri Anifah Aman usai melakukan pertemuan bilateral di Kemlu RI, Jumat (11/8).
Komentar ini dilontarkan Retno menyusul resolusi yang dikeluarkan Parlemen Eropa bertajuk Palm Oil and Deforestation of Rainforest yang yang diterbitkan sekitar awal April lalu.
Resolusi itu dianggap memberikan sentimen negatif kepada negara-negara penghasil sawit terbesar, seperti Indonesia dan Malaysia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution sebelumnya menyatakan, Indonesia keberatan bila negara-negara Eropa masih saja menggunakan isu lingkungan sebagai alat mendiskriminasi dan pembatasan terselubung dalam perdagangan sawit.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "RI-Malaysia Lawan Resolusi Diskriminatif UE soal Sawit"
Post a Comment