Trump Tekan Korut dan Iran Soal Nuklir di Majelis Umum PBB

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menekan Korea Utara menghentikan program nuklirnya. Tekanan serupa juga diberikan kepada Iran dalam pidato pertama orang nomer satu di Amerika Serikat tersebut pada sidang majelis umum PBB.

Trump bahkan kembali mengancam Korea Utara dan menyebut akan menghancurkan secara total Korea Utara, kecuali Pyongyang mundur dari program nuklirnya. Ia bahkan menhina pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dengan menyebunya sebagai "Rocket Man" dalam misi bunuh diri.

"Rocket Man sedang dalam misi bunuh diri untuk dirinya sendiri dan untuk rezimnya. Amerika Serikat siap, mau dan mampu, tapi mudah-mudahan ini tidak perlu dilakukan," ujar Trump, seperti dikutip dari AFP, Selasa (19/9).

Trump juga menyebut Amerika Serikat memiliki kekuatan dan kesabaran yang besar. Namun, jika dipaksa untuk mempertahankan diri atau sekutu-sekutunya, Trump mengaku tak punya pilihan selain menghancurkan Korea Utara secara total.

Selain menekan Korut, Trump juga tampaknya membuka jalan untuk membatalkan kesepakatan nuklir yang ditandatangani Iran dengan enam negara kekuatan dunia pada 2015 lalu. Trump, seperti dikutip dari Reuters, bahkan menyebut kesepatan yang diambil pada era kepemimpinan Presiden Barack Obama tersebut, sangat memalukan.

Menurut Trump, mengatakan kesepakatan tersebut telah gagal mengendalikan pesan subversif rezim tersebut dalam konflik Timur Tengah. Ia juga memberi sinyal yang jelas, bahwa ia bermaksud menyatakan Taheran melanggar kesepatan tersebut saat melapor pada kongres bulan depan.

"Percayalah, inilah saatnya seluruh dunia bergabung dengan kami dalam menuntut agar pemerintah Iran mengakhiri kematian dan penghancurannya," ungkapnya.

Banyak anggota majelis, termasuk sekutu AS serta Prancis dan Inggris yang ikut menadatangani kesepakatan Iran, mendukung penangguhan kesepakatan. Melalui penangguhan kesepakatan, Iran menyerahkan sebagian besar bahan bakar nuklirnya yang kaya dan membuka situs nuklirnya ke pemantau internasional.

Namun, beberapa penasihat terdekat Trump takut kesepakatan tersebut membuat Iran terlalu dekat dengan ambang batas untuk dapat dengan cepat mengembangkan senjata nuklir ketika klausul pembatasan dalam kesepakatan tersebut mulai berakhir pada 2025.

Let's block ads! (Why?)