Banyak dari mereka menangis tersedu-sedu. Tangisannya sangat keras hingga kehabisan nafas. Mereka memanggil-manggil kedua orang tuanya, "Mami!" dan "Papa!" berulang-ulang, seolah-olah itu satu-satunya kata yang mereka ketahui.
Di tengah ratap tangis tersebut, tiba-tiba terdengar suara dari petugas Patroli Perbatasan pun tiba-tiba muncul dari tangisan tersebut. "Yah, kita sudah mempunyai orkestra disini," kata petugas itu. Lalu terdengar dia pun berkata,."Kita hanya tinggal butuh seorang dirijen."
Kemudian terdengar seorang bocah perempuan asal Salvador berusia 6 tahun, yang putus asa tetapi bertekad meminta seseorang untuk menelpon bibinya. 'Hanya satu telepon' terdengar dia memohon-mohon kepada siapa saja yang mau mendengarkan. Dia hafal nomor telpon bibinya. dan pada suatu titik, dia terdengar berbicara kepada perwakilan konsuler. "Ibuku mengatakan bahwa aku akan pergi dengan bibiku." Lalu dia merengek, "dia akan datang menjemputku secepat mungkin."
Rekaman audio tersebut pertama kali disebarkan oleh ProPublica, sebuah situs investigasi nirlaba Amerika Serikat. Pada akhir rekaman audio, petugas konsuler akhirnya menyerah dan menelepon sang bibi.
Sang bibi, yang dihubungi ProPublica mengaku sangat sedih. "Itu saat tersulit dalam kehidupan saya," kata dia. "Bayangkan, ditelepon seorang kemenakan berusia enam tahun. Dia menangis dan memohon agar saya membawanya. Dia berkata, 'Saya janji jadi anak yang baik, tapi tolong keluarkan saya dari sini. Saya sendirian."
Sang bibi mengaku telepon itu membuatnya lebih sedih lagi, karena dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia sendiri dan putrinya sedang berusaha mencari tempat perlindungan di Amerika Serikat setelah berimigrasi ke sana dua tahun lalu. Alasan yang sama dan rute yang sama dengan kemenakan dan saudarinya.
Mereka berasal dari sebuah kota kecil bernama Armenia. Sekitar satu jam berkendara ke arah barat laut Ibu Kota Salvador. Dia menyatakan geng-geng penjahat berkeliaran di El Salvador. "Mereka di bus, di bank, di sekolah, bahkan di kantor polisi. Tak ada tempat bagi orang normal merasa aman," kata sang bibi.
Rekaman tersebut disebarkan secara online. Orang yang membuat rekaman tersebut meminta identitasnya tidak diungkapkan karena takut ditangkap, menurut ProPublica.
Lebih dari 2.300 anak-anak telah dipisahkan dari orang tua mereka sejak April, saat pemerintahan Trump meluncurkan kebijakan imigrasi "tanpa toleransi". Kebijakan itu mendeportasi siapa saja yang memasuki Amerika Serikat secara ilegal dan mengambil anak-anak yang bersama dengan mereka.
Lebih dari 100 anak-anak itu berusia di bawah 4 tahun. Anak-anak pada awalnya ditahan di gudang, tenda, atau toko yang besar yang telah diubah menjadi fasilitas penahanan Patroli Perbatasan.
Ketika ditanya tentang rekaman selama briefing pers, Departemen Keamanan Dalam Negeri Kirstjen Nielsen menjawab dengan fokus memfokuskan kondisi dan standar perawatan di fasilitas tersebut.
"Saya akan merujuk Anda kepada perawatan yang diberikan tidak hanya oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri tetapi juga oleh Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan, ketika mereka sampai di HHS," kata Nielsen.
Menurut jajak pendapat CNN, dua pertiga warga Amerika tidak menyetujui praktik pemerintahan Trump yang mengambil anak-anak imigran tanpa dokumen dari keluarga mereka, dan menempatkan mereka di fasilitas pemerintah di perbatasan AS. Hanya 28 persen yang mendukung hal itu.
(nat)
Baca Kelanjutan Viral, Rekaman Tangisan Anak Dipisahkan dari Orang Tua di AS : https://ift.tt/2M4D2nQBagikan Berita Ini
0 Response to "Viral, Rekaman Tangisan Anak Dipisahkan dari Orang Tua di AS"
Post a Comment