Search

Hun Sen, si Mantan Anggota Khmer Merah Pemimpin Kamboja

Jakarta, CNN Indonesia -- Selama berkuasa 33 tahun Perdana Menteri Kamboja Hun Sen berhasil bertahan lebih lama dari rejim kejam Khmer Merah, menyisihkan kerajaan dan menghancurkan lawan-lawan politiknya.

Kekuasaannya ditandai dengan kepemimpinan terpusat, ketahanan politik dan represi. Kelangsungan pemerintahannya kemungkinan besar akan diperpanjang oleh hasil pemilu pada Minggu (29/7).

Pemimpin berusia 65 tahun ini adalah bagian dari kelompok elit pemimpin dunia yang berhasil berkuasa selama tiga dekade, dengan keberhasilan mengatasi gempuran politik yang terus mewarnai negara miskin Asia Tenggara ini sejak Perang Dingin.


Partai Rakyat Kamboja pimpinannya diperkirakan akan menang dalam pemilu yang secara efektif tidak memiliki lawan setelah satu-satunya partai oposisi terkuat di Kamboja dibubarkan oleh Mahkamah Agung tahun lalu.

Kubu pengkritik mengatakan kemenangan pemilu kali ini merupakan titik puncak dari kekerasan, intimidasi dan langkah hukum licin Hun Sen dalam memberangus oposisi yang muncul sebagai ancaman serius di pemilu pada 2013.

Kemenangan ini juga menandai titik terendah demokrasi Kamboja.

"Tidak banyak lawan Hun Sen yang memiliki sikap kombinasi dari kekejaman, akal bulus dan ketajaman politik yang membuatnya terus bertahan dalam lingkaran sejarah Kamboja yang terus berulang," ujar Sebastian Strango, pengarang buku "Hun Sen's Cambodia."

Sejak awal karir politiknya, Hun Sen berpindah dari satu kubu ke kubu lain untuk menaiki tangga kekuasaan Kamboja.

Dia merupakan kader Khmer Merah, organisasi Maois garis keras yang berkuasa setelah menyingkirkan pemerintah Lon Nol dukungan AS dan membunuh seperempat warga Kamboja pada periode 1975-1979.

Hun Sen, si Mantan Anggota Khmer Merah Pemimpin KambojaHun Sen dan mantan Heng Samrin, perdana menteri Kamboja hasil pemilu pertama tahun 1993 yang disingkirkan oleh Hun Sen.(Reuters/Samrang Pring)\
Dia melarikan diri ke Vietnam untuk menghindari aksi pembersihan yang terjadi di Khmer Merah, dan bergabung dalam militer Vietnam ketika pasukan negara itu masuk ke Kamboja untuk menyingkirkan Khmer Rouge. Dia pun kemudian mengaku sebagai penyelamat Kamboja dari kekejaman kelompok yang pernah dimasukinya itu.

Vietnam kagum dengan ambisi politik Hun Sen sehingga pada 1985 dia pun dikukuhkan sebagai perdana menteri.

Saat itu dia baru berusia 32 tahu. 

Era Demokrasi

Hun Sen kalah dalam pemilu pertama yang diikuti, yaitu pemilu yang diselenggarakan oleh PBB pada 1993 yang dirancang sebagai awal era baru demokrasi.

Tetapi kekalahan itu justru meningkatkan ambisinya untuk mendapatkan kekuasaan.

Dia berhasil mendorong pembagian kepemimpinan dengan pemenang pemilu sebagai "perdana menteri kedua", tetapi pada 1997 dia merebut kekuasaan melalui kudeta berdarah. Hanya satu tahun sebelum pemimpin Khmer Merah Pol Pot meninggal.

Hun Sen dituduh menempatkan sekutu setianya di militer. Sekutu-sekutunya ini membantu Hun Sen mengkonsolidasikan kekuasaan selama bertahun-tahun. Sementara, jabatan kunci di bidang keamanan pun diserahkan kepada keluarganya.

Meski Vietnam berjasa atas karir politiknya, dalam beberapa tahun belakangan Hun Sen beralih ke China untuk mendapatkan dana dan pinjaman lunak yang membuatnya tidak terlalu bergantung pada negara Barat.

Proyek-proyek infrastruktur besar membuat banyak warga semakin setia kepadanya dan mendorong perekonomian Kamboja.

Hun Sen adalah tokoh yang sering kali tampil di depan umum dengan mengunjungi provinsi di negara itu. Dia berpidato dalam bahasa yang mudah dimengerti dan diwarnai dengan humor dan makian terhadap para pengkritik.

Pidatonya pun diselipi dengan pesan bahwa Kamboja akan hancur jika dia tidak lagi memimpin.

Dia menyesuaikan pendekatan ketika terjadi perubahan era dengan menyebarkan pesan lewat akun Facebook yang memiliki 10 juta "likes", padahal medium ini bisa dimanfaatkan oleh oposisi yang didukung kaum muda.

Buruh pabrik pakaian yang sebelumnya bergabung dalam oposisi sekarang akan memberi suara di hari pemilu dibawah arahan Hun Sen yang menaikkan upah di sektor dengan 750 ribu pekerja ini.

"Saya mencintai dia seperti saya mencintai orang tua saya," ujar Phoeung La, buruh pabrik pakaian, ketika Hun Sen mengunjungi provinsi Kampong Chhnang yang memiliki 250 ribu buruh.

"Ketika kami kesulitan, dia pun ikut bersedih."

Hun Sen, yang menyebut dirinya "paman", bersikap langsung ketika menuntut sesuatu dan juga dalam taktik.

Secara langsung dia memberi para pekerja amplop berisi uang senilai US$5, sementara buruh yang hamil mendapat US$200. Strategi memberi dan membalas yang biasa digunakannya.

"Kalian meminta sekolah kepada paman, kalian meminta jalan kepada paman, jadi paman meminta suara sebagai balasannya," kata Hun Sen.

Jenius dalam Bertahan

Partai Rakyat Kamboja selalu memenangkan pemilu sejak 1998.

Tetapi warga Kamboja yang berusia muda, yang tidak mengetahui kekejaman era Khmer Merah, merasa muak dengan maraknya korupsi. Mereka membuka jalan bagi penantang-penantang politik baru.

Hun Sen, si Mantan Anggota Khmer Merah Pemimpin KambojaHun Sen mendapat dukungan luas setelah menaikkan upah buruh dan pembangunan infrastruktur yang menggerakkan roda ekonomi Kamboja. (Reuters/Samrang Pring)
Partai oposisi Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP) didirikan pada 2012 dan memenangkan lebih dari 44 persen suara pada pemilu 2014 dan peroleh yang hampir sama dalam pilkada Kamboja 2017.

Tetapi ancaman partai ini dengan segera dihancurkan.

Pada November 2017, CNRP dinyatakan terlarang oleh Mahkamah Agung Kamboja. Para pemimpinnya dikenai tuduhan pengkhianatan, sementara masyarakat madani dan media yang kritis dibungkam melalui kasus-kasus hukum.

Sam Rainsy, salah satu pendiri CNRP dan sekarang mengasingkan diri di Paris, mengatakan tahun-tahun Hun Sen bergabung dengan Khmer Merah membantuk jati diri politiknya.

"Ada tradisi, budaya kekerasan dan impunitas yang diadopsi dengan sempurna oleh Hun Sen," kata Rainsy kepada kantor berita AFP.

Hun Sen pun kini mengincar pembentukan dinasti politik. Putera-puteranya kini dididik untuk mengambil alih kekuasaan ketika dia keluar dari panggung politik.

Rainsy yang merupakan musuh bebuyutan Hun Sen tidak bisa melepas rasa kagum terhadap orang nomor satu Kamboja ini.

"Kekuatan Hun Sen, atau kejeniusannya, adalah bertahan," ujar Rainsy. (yns)



ARTIKEL TERKAIT

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Hun Sen, si Mantan Anggota Khmer Merah Pemimpin Kamboja : https://ift.tt/2Lwf0GC

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Hun Sen, si Mantan Anggota Khmer Merah Pemimpin Kamboja"

Post a Comment

Powered by Blogger.