Ketegangan tinggi di tengah serangan teror mematikan, penyensoran media dan tudingan intervensi oleh militer.
Sementara kampanye memasuki saat-saat terakhir, politikus populis karismatik sekaligus mantan bintang kriket, Imran Khan, serta saudara laki-laki eks PM, Shahbaz Sharif, muncul sebagai dua kandidat terbesar.
Bilawal Bhutto Zardari, putra eks PM Benazir Bhutto, juga menarik dukungan luas, berupaya membuat partai keluarganya kembali menjadi kekuatan politik yang diperhitungkan. Survei menunjukkan persaingan sangat ketat dan sulit untuk menyimpulkan siapa yang lebih unggul. Kemungkinan persaingan berlanjut pada negosiasi, dengan partai Bhutto Zardari yang lebih kecil sebagai kekuatan penyeimbang.
![]() |
Disebut sebagai salah satu pemain kriket sepanjang sejarah, Imran mendominasi di era 1980-an dan membantu tim nasional Pakistan memenangi Piala Dunia pada 1992.
Di negara yang terobesesi pada cabang olahraga tersebut, lelaki berusia 65 tahun mengubah status legendanya menjadi karir di bidang politik.
Dia adalah pemimpin partai liberal kanan Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI), yang juga dikenal dengan Partai Keadilan. Khan mengadopsi persona religius garis keras untuk menarik banyak pemilih, menurut Mosharaf Zaidi, kolumnis dan analis politik yang dikutip CNN.
Meski PTI sukses di tingkat provinsi, sejumlah analis menyebut Khan masih menjadi politikus kelas ringan. Wartawan sekaligus penulis, Zahid Hussain, mengatakan mantan pemain kriket itu "tak pernah mempunyai filosofi politik serius."
Sejak akhir era 1990-an, Khan menjadi figur, bukan kekuatan, dalam politik Pakistan. Namun, Zaidi mengatakan populisme politikus itu "belumm pernah seefektif dan sesukses sekarang," berkat dukungan kelas menengah Pakistan yang "marah dan kecewa.""Dia adalah salah satu pendukung pembatasan pers, dia secara publik menyerang koran dan wartawa. Dia tak mendukung kebebasan kecuali kebebasan pers berakhir pada pujian untuk Imran Khan," kata Zaidi.
Khan dianggap sebagai kandidat yang didukung militer, kekuatan yang telah menguasai negara secara langsung untuk separuh sejarah Pakistan sejak merdeka pada 1947, dan mempunyai pengaruh besar untuk dunia politik sepanjang periode itu.
Negara terbagi ke dalam dua kubu, kata wartawan dan mantan duta besar Pakistan untuk AS, Husai Haqqani. Mereka adalah pihak yang "berpikir militer berhak memimpin negara," dan yang sebaliknya. Banyak pendukung militer kini mendukung Khan.
"Kelompok yang diuntungkan kekuasaan militer, mereka tak suka kelas politik mendapatkan kekuasaan yang sama," kata Haqqani. "Ketidakpuasan mereka adalah dengan demokrasi. (Khan adalah) populis pro-kemapanan, bukan populis anti-mapan."Khan juga diuntungkan antipati militer pada mantan rival politiknya, Nawaz Sharif, yang belum lama ini divonis penjara 10 tahun terkait suap.
PTI bisa memanfaatkan kejatuhan Sharif dan Khan berkampanye habis-habisan di bidang anti-korupsi.
Isu ini telah "menjadi alat paling efektif dalam senjata politiknya," kata Zaidi. "Hal itu melebihi instrumen retoris."
Walau demikian, meski Khan tampak bersih, sejumlah rekan dan sekutu politknya "dituding terlibat penipuan dan korupsi seperti rivalnya," kata Zaidi.
Haqqani, mantan dubes, mengatakan catatan Khan hingga saat ini tak bisa dijadikan bukti ia tidak korup. "Dia belum pernah masuk pemerintahan, bagaimana kita bisa tahu dia bersih?"
![]() |
Musuh terbesar Khan dalam pemilu adalah Shahbaz Sharif, yang telah lama menjadi putra mahkota partai Liga Muslim Pakistan (PML-N) dan sempat dianggap penerus kepemimpinan.
Meski Nawaz Sharif dipenjara, keluarganya masih mendapatkan dukungan cukup besar.
Bahkan, kasus itu mungkin menguntungkan posisi politik Shahbaz.
Nawaz sebelumnya sempat berubah dan lebih mendukung putrinya, Maryam Sharif, sebagai penerus. Walau demikian, dia juga terjerat skandal korupsi dan kini dipenjara bersama Sang Ayah.
Haqqani mengatakan pemilih terbelah soal Sharif. "Sebagian berpikir seluruh keluarga itu kotor tapi pantas menjalani proses; kemudian ada yang bilang 'kami tak peduli--mereka rakyat kami'."
Namun, dia juga mengatakan Shahbaz adalah "mesin politik" yang dibangun dua bersaudara tersebut.Sebagai Menteri Kepala di Punjab, provinsi paling padat di Pakistan sekaligus medan tempur paling penting dalam pemilu, catatan dan kesuksesan Shahbaz bisa jadi nilai plus, menurut Zaidi, wartawan.
"Infrastruktur Punjab secara umum dan pertumbuhannya jauh jika dibandingkan provinsi lain, dan ini sebagian berkat pemerintahannya," kata Zaidi.
Bahkan, Shahbaz mungkin punya masalah yang sebaliknya dari Khan, kata Haqqani, karena dia lebih condong sebagai pengatur ketimbang politikus, dan kurang berkarisma jika dibandingkan para rival atau saudaranya sendiri.
Zaidi memprediksi kepulangan dramatis Nawaz dan Maryam dari London untuk menghadapi vonis "akan mendapatkan empati pemilih." Di Inggris, mereka merawat istri Nawaz, Kulsoom, yang sakit parah.
"Ini jelas menunjukkan bahwa (keluarga Sharif) tidak akan dikalahkan dengan mudah."Meski Shahbaz masih tak terkait skandal korupsi yang menjerat saudara dan keponakannya, Zaidi mengatakan masih ada asosiasi yang menodai catatan kandidat ini.
"Dia tidak tampak berada di kotak yang sama dengan Nawaz ... tapi dia tentu tidak kebal dari tudingan korupsi," ujarnya.
"Jika dia menjadi pemimpin nasional dia akan dirongrong tudingan-tudingan itu. Orang-orang yang memilih berdasarkan masalah korupsi tak akan memilih Sharif."
Semua ini berujung pada penggerusan dukungan, bahkan di Punjab, daerah yang sempat menjadi basis kekuatan PML-N dan kini mulai direbut oleh PTI, kata Zaidi.
![]() |
Bilawal adalah putra mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto--perempuan pertama pemimpin negara Muslim yang dibunuh pada 2007 lalu--dan mantan Presiden Asif Ali Zardari--satu-satunya presiden Pakistan yang memenuhi satu periode jabatan secara utuh. Walau demikian, dia kemungkinan tak akan mengusik persaingan PML-N dan PTI.
Dia mewakili Partai Rakyat Pakistan (PPP) yang cukup pragmatis, multilateralis dan internasionalis, kata Zaidi. Nama Bhutto pun masih mempunyai nilai besar, terutama di provinsi Sindh.
Kesuksesan di pemilu bulan ini bisa membangkitkan kembali PPP yang kehilangan banyak dukungan saat Sang Ayah menjabat, meski ia kini masih menjadi pemimpin partai.
Haqqani, yang cukup dekat dengan keluarga Bhutto Zardari, mengatakan Bilawal akan "bersaing untuk pemilu setelah pemilu saat ini."
"Dia tak pernah berkata negatif tentang orang lain, mengeluarkan manifesto yang paling banyak dipuji, dokumen paling nyata soal kebutuhan Pakistan di bidang kebijakan," ujarnya. "Dia telah menyentuh basis pendukung ibunya, merebut mereka kembali--(PPP) telah kehilangan dukungan setelah ayahnya menjadi presiden. Dia masih muda, dia tak terburu-buru dan dia menunjukkannya."Hussain, si wartawan, menyebut Bilawal keluar dari bayangan orang tuanya, "menunjukkan diri sebagai figur dewasa dengan potensi untuk membangkitkan partai."
Meski PPP kemungkinan tak bisa memenangkan mayoritas, penampilan kuat partai bisa membuat Bilawal jadi penentu dalam negosiasi koalisi.
Jika tak ada partai yang memenuhi batas minimal kursi parlemen untuk membentuk pemerintahan, ayahnya kemungkinan berupaya mendorong kemitraan dengan kedua partai oposisi, meski Bilawal mungkin tak mau menjadi rekanan junior.
Politikus muda "kemungkinan tak mau mendukung dua partai besar saat ini jika dia ingin mempertahankan prinsip," kata Haqqani. "Tapi ayahnya tetap adalah seorang politikus ... (Zardari) tak akan ragu membentuk koalisi dengan kedua partai, berdasarkan apa yang bisa dicapai partai secara pragmatis.
(aal)
ARTIKEL TERKAIT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Melihat Para Pesaing di Pemilu Pakistan"
Post a Comment