Hun Sen, yang terbiasa mengeluarkan pernyataan bombastis, bertekad akan meraih kemenangan dalam pemilu ini dan menyindir lawan politiknya yang sebagian dipenjara, mengasingkan diri atau bersembunyi.
"Baru-baru ini kami mengambil langkah hukum untuk menyingkirkan pengkhianat yang mencoba menggulingkan pemerintah," ujarnya merujuk pada keputusan MA membubarkan Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP).
Puluhan ribu orang yang mengenakan warna putih biru, warna partai yang berkuasa, mulai tiba di ibu kota negara itu sejak pagi dan aksi warga yang sebagian mengendarai sepeda motor dan bis ini merupakan pameran dukungan terhadap Partai Rakyat Kamboja (CCP) yang selama 33 tahun dipimpin oleh Hun Sen.
Rapat umum ini menjadi satu-satunya pameran kekuatan politik dengan skala besar sebelum hari pemilu pada Minggu (29/7) setelah satu-satunya oposisi yang kuat dibubarkan oleh Mahkamah Agung Kamboja November lalu.
Daya tarik utama Hun Sen adalah karena dia memimpin upaya perdamaian dan standar kemakmuran sejak awal 1990 an ketika Kamboja baru selesai keluar dari perang saudara dan cengkraman rejim Khmer Merah.
"Dengan CPP kami tumbuh, kami punya sekolah, perdamaian...semuanya," ujar Khun Bopha, pendukung partai yang kini memimpin pertumbuhan ekonomi dengan tingkat sekitar enam hingga tujuh persen.
"Kami akan menang besar pada 29 Juli," tambah Khun.
![]() |
Kelompok hak asasi manusia, LSM dan media diberangus pada tahun lalu ketika Hun Sen berupaya membungkam kritik dan tantangan menjelang pemilu tahun ini.
Kubu oposisi yang sebagian anggota utamanya tinggal di luar negeri karena takut diajukan ke pengadilan, mendesak pendukung mereka untuk memboikot pemilu lewat kampanye "jari bersih" yaitu menolak jari mereka dimasukkan ke botol tinta pada hari pemilu nanti.
Amerika Serikat dan Uni Eropa menarik bantuan dan pengawasan setelah mempertanyakan kredibilitas pemilu Kamboja ini.
Namun China yang merupakan sekutu utama Kamboja turun tangan dengan memberi bantuan peralatan.
Kamboja telah melaksanakan enam kali pemilu, termasuk pemilu yang disponsori PBB pada 1993, setelah negara berpenduduk 15 juta ini keluar dari kemelut perang saudara.
Dalam pemilu kali ini 20 partai ikut berlaga, namun kebanyakan merupakan partai baru atau tidak jelas asalnya dan dikritik karena dianggap membantu legitimasi pemilu dengan keikutsertaan mereka.
"Proses pemilu Kamboja merupakan proses penipuan karena dirancang untuk memperpanjang pemerintahan otoriter Hun Sen dan akan membawa negara itu lebih rusak dan penuh dengan represi," ujar Debbie Stothard, sekjen Federasi Internasional untuk Ham Asasi Manusia, melalui pernyataan tertulis. (yns)
ARTIKEL TERKAIT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "PM Kamboja Sebut Oposisi Pengkhianat Negara"
Post a Comment