"Kami berupaya menaiki perahu-perahu itu. Perahu-perahu yag masih sebagian kosong itu malah pergi karena kami harus memiliki tiket sebelum menaikinya," ucap Flay kepada saudaranya seperti dikutip The Guardian, Senin (6/8).
Flay mengatakan dia bersama pasangannya Stef (29) tengah berlibur di pulau tersebut saat gempa mengguncang pada Minggu malam.
Selain kebingungan, Flay mengatakan kekacauan juga sempat terjadi ketika para turis menunggu untuk dievakuasi keluar pulau mengunakan perahu milik otoritas setempat.
"Perahu tidak berlaku bagi semua orang, hanya orang-orang terpilih. Orang-orang mulai berkelahi antara satu dengan yang lainnya," paparnya menambahkan.
Pengalaman tidak menyenangkan turut dialami Simon asal London yang tengah berlibur bersama istrinya di Gili Trawangan.
Simon, yang memilih untuk tidak memberikan identitas lengkapnya, mengatakan dia bersama istrinya tengah menyantap makan malam saat gempa terjadi.
"Dalam beberapa detik guncangan mengubah pulau itu menjadi gelap gulita karena listrik terputus dan Anda hanya bisa mendengar teriakan dan jeritan dalam kegelapan," tutur Simon.
Simon mengatakan dia bersama turis-turis lainnya terpaksa tidur di pinggir pantai karena khawatir akan ada gempa susulan terjadi dan sambil menunggu perahu yang bisa membawa mereka keluar dari pulau.
Namun, Simon mengeluhkan sistem tanggap darurat otoritas setempat yang dianggap tidak terkoordinasi dengan baik sehingga membuat para turis kebingungan di tengah bencana.
"Kami menghabiskan malam di pantai dan kemudian di pagi hari kami pergi ke pelabuhan. [Respons] benar-benar tidak terkoordinasi, ada ratusan orang berada di sekitar dermaga. Perahu-perahu datang ke tempat berbeda, dan itu benar-benar gratis untuk semua. Tapi akhirnya kami berhasil naik perahu dari lombok dengan mengeluarkan sejumlah biaya," tutur Simon.
![]() |
Pemerintah Indonesia memastikan evakuasi gratis dengan kapal milik Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas). Selain kapal Basarnas, ada dua kapal komersial, dimana penumpangnya harus membayar tiket.
"Pemerintah melalui Basarnas menyiapkan evakuasi gratis menggunakan kapal milik Basarnas. Tapi ada juga dua kapal komersial yang beroperasi. Kalau ada yang memilih menggunakan kapal ini, mungkin saja mereka dimintai biaya tiket," kata Lalu Muhammad Iqbal Songell, Ketua Tim Help Desk Kementerian Luar Negeri untuk WNA (Foreign Visitor Help Desk) kepada CNNIndonesia.com, Selasa (7/8).
Kemlu membantu evakuasi WNI di tiga pulau Gili di Lombok yang terkena dampak gempa NTB. Bekerja sama dengan Basarnas dan penduduk lokal Gili telah mengevakuasi lebih dari 350 orang, sekitar 90 persennya adalah WNA.
Tim Penanganan WNA telah melakukan upaya evakuasi dari bangsal sejak Minggu siang (6/8).
Jumlah WNA di ketiga Pulau Gili adalah sekitar 2.000 orang dan lebih dari 1800 orang WNA telah dievakuasi.
Kemlu RI menerima lebih dari 70 permohonan bantuan WNA selama dua hari terakhir. Termasuk permohonan bantuan dari Kedubes Inggris, Perancis, Italia, Finlandia, Spanyol, Jepang, Ceko, Portugal, dan lain-lain.
Nomor Foreign Visitors Help Desk Kemlu (+62 878-6412-4151) juga menerima permohonan bantuan langsung dari relasi para WNA dari negara Jerman, Inggris, AS, Belgia, Spanyol, Portugal, Jepang, Perancis, Yunani, Belanda, Oman, Kuwait.
Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM mencatat sedikitnya 1.870 turis asing dilaporkan telah dievakuasi keluar dari Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno per Selasa (7/8). Sedikitnya 230 gempa susulan tercatat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (nat)
Baca Kelanjutan Gempa NTB, Turis Inggris Klaim Dimintai Uang Saat Evakuasi : https://ift.tt/2AZMDfdBagikan Berita Ini
0 Response to "Gempa NTB, Turis Inggris Klaim Dimintai Uang Saat Evakuasi"
Post a Comment