
"Dengan sepenuhnya berpihak pada pemerintah Israel, (AS) mencoba memaklumkan pendudukan Israel dan secara sistematis (tindakan) itu merupakan bentuk penolakan terhadap hak kemerdekaan Palestina," ucap Nabil Shaath, salah satu penasihat Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, melalui kolom yang diterbitkan surat kabar Israel, Haaretz.
Konferensi dua hari itu semula berfokus untuk membahas tekanan pada Iran. Namun, isu Palestina-Israel juga menjadi sorotan dalam dialog tersebut.
Namun, Shaath menegaskan Palestina tak mengirim perwakilan ke konferensi itu sebagai bentuk penolakan terhadap proposal perdamaian AS yang dianggap bias tersebut.
"Sebuah proses perdamaian tidak bisa diubah menjadi upaya untuk mendapatkan amnesti terkait kejahatan perang atau untuk membuat salah satu pihak menyerahkan hak-hak dasarnya (untuk merdeka) berdasarkan piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)," kata Shaath.
"Konferensi Warsawa ini adalah bagian dari konteks tersebut."
Palestina memutus kontak dengan AS sejak Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel pada Desember 2017 lalu. Kota suci bagi umat tiga agama itu merupakan salah satu sumber konflik antara Israel-Palestina selama ini.
Pemerintahan Abbas menganggap langkah itu memperlihatkan sikap AS terang-terangan berpihak pada Israel. Sejak itu, Palestina menganggap AS sudah tak pantas menjadi pihak ketiga dalam proses perdamaiannya dengan Israel.
Sementara itu, AS malah menganggap Palestina enggan bekerja sama untuk mencapai perdamaian dengan Israel.
Pemerintahan Trump bahkan memotong ratusan juta dolar bantuan bagi pengungsi Palestina dan menutup satu-satunya kantor perwakilan pemerintahan itu di Washington DC sebagai bentuk tekanan kepada Abbas. (rds/has)
Baca Kelanjutan Palestina: AS Coba Maklumkan Okupasi Israel di Dialog Warsawa : http://bit.ly/2SDrAHFBagikan Berita Ini
0 Response to "Palestina: AS Coba Maklumkan Okupasi Israel di Dialog Warsawa"
Post a Comment