Sementara itu, pihak kepolisian akan meneruskan penyelidikan motif penembakan yang dilakukan tersangka yang diketahui masih berusia 19 tahun.
Kaye diketahui menghadiri upacara keagamaan Yahudi di Chabad Poway di pinggiran San Diego pada Sabtu (27/4) lalu yang bertepatan dengan akhir masa liburan Paskah Yahudi.
Hal itu dilakukannya sebagai penghormatan kepada mendiang ibunya yang baru-baru ini meninggal. Namun momen itu ternyata menjadi akhir dari hidupnya.
Kaye merupakan satu dari empat orang yang tertembak dan satu-satunya yang tewas ketika seorang pemuda bersenjata tiba-tiba menyerbu dan melontarkan tembakan ke kerumunan jemaat.
Setelah menembak, pelaku bernama John Earnest itu lalu melarikan diri dengan sebuah mobil sebelum menelpon polisi dan lalu menyerahkan diri. Polisi mengindikasikan insiden ini sebagai kejahatan kebencian.
Rabi Yisroel Goldstein yang juga menjadi korban tembak hingga kehilangan jari mengatakan melihat Kaye terbaring tak bernyawa di lantai saat suaminya mencoba menyadarkannya sebelum pingsan.
"Itu pemandangan paling memilukan yang bisa saya lihat," kata Goldstein kepada media, Minggu (28/4) waktu setempat. "Lori menerima peluru untuk kita semua. Dia meninggal untuk melindungi kami semua,"
Usai ditangkap, Earnest mengaku melakukan pembakaran di sebuah masjid di wilayah yang sama bulan lalu, karena terinspirasi tragedi penembakan masjid di Selandia Baru yang menewaskan 49 orang pada pertengahan Maret.
Bukan hanya Kaye yang mengorbankan dirinya dalam insiden tersebut. Ketika penembakan mulai terjadi, veteran militer Amerika Serikat, Oscar Stewart (51) juga melakukan hal serupa.
Berbicara kepada media pada Senin (29/4), Stewart mengaku sempat ingin menyelamatkan diri bersama jemaat lainnya saat penembakan itu terjadi.
Namun dirinya justru berbalik dan menyerang pelaku. Ia pun masih belum paham mengapa melakukan hal tersebut. "Itu campur tangan Tuhan. Saya tidak sadar dengan yang saya lakukan," katanya.
Dia menyerbu pelaku yang kemudian berteriak mengancam akan membunuhnya. Pelaku kemudian berhenti menembak, ketakutan, dan meninggalkan sinagoge. Stewart mengaku sempat mengejar pelaku.
Dalam konferensi pers pada Minggu, Rabi Yisroel Goldstein mengatakan ia telah mengenal korban, Lori Kaye, selama 25 tahun.
"Ia adalah anggota awal kongregasi kami. Lori memiliki kasih sayang tanpa syarat buat semuanya," kaya Goldstein.
Jemaat sinagoge lainnya pun berkabung atas kematian Kaye. Mereka menyebut sosok Kaye adalah pribadi yang perhatian kepada sesama jemaat.
Salah satu momen yang diingat oleh jemaat sinagoge itu adalah ketika salah satu jemaat divonis kanker payudara, Kaye mengantar dia setiap kebaktian dan membantu merawat anak-anaknya.
Teman-teman Kaye pun terus mengenang sosok wanita itu melalui media sosial jelang pemakamannya. Pemakaman Kaye sendiri dijadwalkan berlangsung pada Senin (29/4) sore waktu setempat.
(end)
Baca Kelanjutan Jemaat Sinagoge Berkabung Jelang Pemakaman Korban Penembakan : http://bit.ly/2DFNQa6Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jemaat Sinagoge Berkabung Jelang Pemakaman Korban Penembakan"
Post a Comment