Seperti dilansir Reuters, Minggu (28/4), Naruhito adalah calon kaisar Jepang pertama yang lahir setelah Perang Dunia II. Dia juga mengalami masa kecil yang berbeda karena ayah dan ibunya, Permaisuri Michiko, yang langsung membesarkannya dan bukan oleh pembantu kekaisaran.
Seperti sang ayah, Naruhito juga nampaknya ingin sosoknya tidak berjarak dengan masyarakat. Dia bahkan mau berswafoto bersama dengan pejalan kaki ketika mengunjungi Denmark beberapa tahun lalu.
Meski demikian, ketika tahta akan jatuh ke pundaknya, Naruhito pun menyatakan mulai berpikir tentang hal itu.
"Ketika hal itu akan segera tiba, saya merasa itu hal serius," kata Naruhito.
Keduanya jatuh cinta ketika bertemu dalam sebuah pagelaran musik. Namun, jalan asmara mereka penuh liku. Masako sempat menolak ketika hendak dipinang oleh Naruhito.
Akan tetapi, kedunya mengikat janji di pelaminan pada 1993. Ketika berumah tangga pun keduanya menghadapi masalah. Putri Masako mau tidak mau harus menghadapi gaya hidup kekaisaran yang penuh aturan. Dia bahkan sempat menghilang dari publik karena diduga kesulitan menjalani kehidupan sebagai anggota kekaisaran. Namun, belakangan dia muncul kembali.
Hal itu juga dibenarkan oleh Naruhito. Dia bahkan membela sang istri yang dia sebut sangat kesulitan mengikuti ritme kehidupan istana. Apalagi ketika dia dipaksa mempunyai anak laki-laki. Meski begitu anak perempuannya, Aiko (17), sangat dia banggakan. (ayp)
Baca Kelanjutan Putra Mahkota Naruhito dan Titisan Jiwa 'Pemberontak' : http://bit.ly/2vv5YiqBagikan Berita Ini
0 Response to "Putra Mahkota Naruhito dan Titisan Jiwa 'Pemberontak'"
Post a Comment