Dilansir dari berbagai sumber oleh CNNIndonesia.com, Jumat (21/6), Johnson yang memiliki nama lengkap Alexander Boris de Pfeffel Johnson lahir di Kota New York, Amerika Serikat pada 19 Juni 1964.
Johnson memulai karir sebagai seorang konsultan manajemen, sebelum akhirnya banting setir ke dunia jurnalistik.
Ia pernah bekerja sebagai wartawan The Times pada 1987, tetapi dipecat karena terbukti memalsukan pernyataan narasumber.
Pada 1989 Johnson kembali bekerja sebagai koresponden The Daily Telegraph khusus meliput Komunitas Eropa. Karirnya melonjak pada 1994 ketika ia menjabat sebagai asisten editor di perusahaan yang sama.
Pada 1997, ia menjadi kandidat dari Partai Konservatif untuk wilayah Clwyd Selatan tetapi kalah dari rivalnya, Martyn Jones, yang merupakan kader Partai Buruh.
Karir politik Johnson perlahan naik saat dirinya terpilih menjadi walikota London pada 2008 hingga 2016. Selama masa jabatannya, ia berfokus pada masalah kejahatan dan transportasi.
Kemenangan Johnson itu dianggap sebagai peluang bagi Partai Konservatif untuk kembali ikut dalam pemilihan daerah dimana pihaknya pernah kehilangan sekitar 800 kursi di pemerintahan Inggris.
Hingga akhirnya, Johnson terpilih menjadi Menteri Luar Negeri Inggris di bawah pimpinan May pada 2016 hingga 2018. Dia mengundurkan diri pada Juli 2018 lalu karena berseteru terkait Brexit dalam kabinet May.
Johnson menjadi salah satu tokoh paling dikenal dalam kampanye Brexit pada 2016. Dia sangat mendukung Inggris untuk keluar dari Uni Europa pada referendum tiga tahun lalu.
Menurutnya, Inggris harus keluar dari blok tersebut pada 31 Oktober mendatang baik dengan kesepakatan ataupun tidak.
Johnson percaya dengan keluar dari keanggotaan UE, Inggris akan mampu megambil kendali negaranya sendiri. (rds/ayp)
Baca Kelanjutan Boris Johnson, Dari Jurnalis Hingga Calon PM Inggris : http://bit.ly/2RoxmJ6Bagikan Berita Ini
0 Response to "Boris Johnson, Dari Jurnalis Hingga Calon PM Inggris"
Post a Comment