
Dalam sebuah peringatan yang khidmat di Stasiun Kasumigaseki, salah satu target serangan 1995, yang dikelilingi gedung pemerintahan. Staf dari perusahaan kereta bawah tanah berkumpul, mengheningkan cipta dan membagi-bagikan bunga.
Tiga belas orang tewas saat anggota sekte Aum Shinrikyo menumpahkan kantong-kantong berisi sarin di jam-jam sibuk, menancapkannya dengan ujung-ujung payung yang telah diasah, sebelum melarikan diri.
Gas saraf itu menyebabkan kematian dan luka-luka, menimbulkan kepanikan, dan mengubah Ibu Kota Jepang yang padat mirip seperti zona perang.
Para penumpang berlomba-lomba keluar dari stasiun kereta bawah tanah. Muntah dan batuk-batuk, berjuang untuk bisa bernafas bersama unit-unit darurat yang berusaha menyelamatkan nyawa di pinggir jalanan.
Suara ambulans menjerit-jerit melintasi jalanan. Helikopter mendarat di jalanan utama untuk membantu evakuasi mereka yang terkena gas sarin.
Pada hari itu, Kazumasa Takahashi, seorang pekerja Tokyo Metro tanpa dia sadari memungut satu kantong gas saraf dari lantai stasiun kereta api bawah tanah Kasumigaseki.
Dia dan satu rekannya tewas.
"Saya datang ke sini hari ini, dengan perasaan sama setiap tahunnya," kata Shizue, istri yang ditinggalkan Takahashi kepada wartawan di stasiun tersebut.
"Kesehatan beberapa korban. memburuk, beberapa keluarga juga harus melewati masa-masa yang sulit," kata dia. Menurutnya, perjalanan waktu tidak dapat menyembuhkan rasa sakit yang diderita keluarga korban.
Setelah bertahun-tahun upaya hukum, tuntutan hukuman mati terhadap 13 anggota Aum Shinrikyo tuntas pada Januari, membuka jalan bagi mereka untuk dieksekusi.
[Gambas:Video CNN]
Pekan lalu, aparat mulai memisahkan dan memindahkan mereka ke berbagai fasilitas penahanan yang dilengkapi dengan infrastruktur untuk hukuman gantung.
Pemindahan itu memicu spekulasi bahwa pemimpin sekte Shoko Asahara dan 12 pengikutnya akan segera dieksekusi, meski belum ada indikasi resmi.
Otoritas Jepang biasanya mengumumkan eksekusi setelah terjadi, tanpa peringatan terlebih dahulu.
Shizue Takahashi mengatakan pemindahan tersebut mengejutkan dia, namun menekankan bahwa eksekusi harus dijalankan pada waktunya.
"Hukuman mati merupakan keputusan setelah persidangan yang panjang, dan sudah memasuki tahap berikutnya," kata Shizue. "Ini bukan fase dimana saya bisa berkata atau melakukan sesuatu. Menurut saya langkah harus diambil sesuai hukum."
Beberapa ahli menentang eksekusi kepada pengikut, kecuali Asahara pemimpinnya. Alasannya, eksekusi terhadpa 12 lainnya akan menjadi martir yang membantu sekte-sekte lain yang serupa Aum merekrut anggota baru.
Sepuluh terpidana dalam antrean hukuman mati karena serangan gas sarin di kereta bawah tanah Tokyo itu. Tiga lainnya dihukum dengan kejahatan lainnya. (nat)
Baca Kelanjutan Jepang Kenang Serangan Gas Sarin di Kereta Bawah Tanah Tokyo : http://ift.tt/2GKOAemBagikan Berita Ini
0 Response to "Jepang Kenang Serangan Gas Sarin di Kereta Bawah Tanah Tokyo"
Post a Comment