
Skripal, mantan pejabat militer Rusia yang didakwa memata-matai demi kepentingan Inggris, beserta putrinya, Yulia kini dalam kondisi kritis setelah ditemukan pingsan di bangku sebuah pusat perbelanjaan di Salisbury, 40 kilometer barat daya London.
"Seorang polisi yang tiba pertama kali di lokasi kejadian juga jatuh sakit dan kini dalam kondisi serius di rumah sakit," kata Rowley, Rabu (7/3).
Zat saraf adalah bahan kimia sangat berbahaya yang mencegah sistem saraf tubuh berfungsi dengan normal sehingga jika terpapar dalam dosis tinggi bisa menyebabkan kematian.
Skripal, 66 tahun, diyakini telah tinggal di Inggris sejak dibebaskan dari penjara Rusia pada 2010.
Dia divonis 13 tahun penjara di Rusia pada 2006 dengan tuduhan menjadi mata-mata untuk Inggris. Dia dinyatakan bersalah karena mengkhianati intelijen Rusia untuk agen mata-mata Inggris, M16.
Rusia menuduhnya bekerja untuk M16 sejak 1990-an. Skripal diduga menerima bayaran US$100 ribu untuk tiap informasi yang diberikan.
Skripal mendapat perlindungan di Inggris di bawah kesepakatan pertukaran mata-mata antara Amerika Serikat dan Rusia pada 2010.
Dia salah satu dari 14 mata-mata yang ditukar Moskow dan Washington di Bandara Wina pada 2010. Anna Chapman, mata-mata Rusia yang terkenal glamor termasuk salah satunya.
Putri Skripal, Yulia, 33 tahun, diyakini menjadi salah satu dari anggota keluarga mantan agen intelijen itu yang masih hidup. Istri dan putranya telah meninggal dunia dalam beberapa tahun terakhir.
Manajer toko kelontong setempat, Ebru Ozturk mengaku terakhir kali melihat Skripal di tokonya, Bargain Shop di Salisbury lima hari sebelum insiden terjadi. Kepada CNN, Ozturk menyebut Skripal sebagai 'pelanggan yang baik' yang berbelanja seminggu sekali dan membeli daging babi asap buatan Polandia, serta kartu lotre.
"Istrinya meninggal dunia beberapa tahun lalu. Dia merasa sedih. Dia biasa hidup sendirian setelah istrinya tiada," kata Ozturk.
"Dia adalah pelanggan rutin, dia sangat baik, dan tampak berpendidikan. Sangat sopan," kata Ozturk. "Saya jarang bicara dengan pelanggan, tapi dia, Anda tahu, salah satu dari pelanggan yang sangat baik."
Insiden yang menimpa Skripal mengingatkan orang pada kasus Alexander Litvinenko, mantan mata-mata Rusia yang tewas terkena racun radioaktif polonium di London pada 2006.
Sebuah penyelidikan di Inggris atas kasus kematian Litvinenko menemukan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin, 'kemungkinan menyetujui' pembunuhan tersebut. Hasil penyelidikan yang dilansir pada 2016 juga mengidentifikasi dua warga Rusia, Andrei Lugovoi dan Dmitri Kovtun sebagai tersangka utama.
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson memperingatkan bahwa negaranya akan merespons dengan kras jika ditemukan bahwa serangan itu adalah pekerjaan kekuatan asing.
Johnson menyatakan ada 'gaung' dalam kasus ini terkiat apa yang terjadi dengan Litvinenko, yang meninggal perlahan setelah minum teh dengan cangkir yang terkontaminasi bahan radioaktif polonium-210 di sebuah hotel di London pada 2006.
Pernyataan Johnson yang dilontarkan Selasa (6/3) langsung mendapat tanggapan dari Kedutaan Besar Rusia di London. "Sepertinya sebuah skenario anti-Rusia telah ditulis," demikian pernyataan Kedubes Rusia.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyatakan bahwa Moskow belum menerima permintaan resmi dari pemerintah Inggris untuk membantu penyelidikan kasus tersebut. (nat)
Baca Kelanjutan Polisi Inggris Sebut Eks-Intelijen Rusia Diracun Zat Saraf : http://ift.tt/2G6uNGgBagikan Berita Ini
0 Response to "Polisi Inggris Sebut Eks-Intelijen Rusia Diracun Zat Saraf"
Post a Comment