Pelaku Serangan Maryland Akui Targetkan Lebih Banyak Korban

Jakarta, CNN Indonesia -- Pria bersenjata yang menyerang kantor berita di Annapolis, Maryland, mengakui menginginkan jumlah korban yang lebih banyak. Pihak kepolisian menyebut bahwa pelaku menyimpan dendam sejak lama terhadap media tersebut.

Kepolisian mengatakan tersangka yang teridentifikasi sebagai penduduk Maryland bernama Jarrod Ramos menggunakan senjata yang ia beli secara legal untuk melakukan penyerangan pada Kamis (28/6) waktu setempat.

Serangan tersebut menyebabkan lima orang karyawan media politik the Capital Gazette yang sedang berada di kantor, tewas.

Atas perbuatan Ramos, jaksa wilayah Wes Adams mengatakan hakim memerintahkan pelaku ditahan tanpa jaminan atas lima tuduhan pembunuhan tingkat pertama.
Adams mengatakan keputusan tersebut berdasarkan pada bukti bahwa serangan itu dilakukan dengan terkoordinasi dan terencana, serta menggunakan teknik memburu dalam melakukan aksi yang menewaskan lima korban tak bersalah.

"Pelaku ada di sana untuk membunuh sebanyak-banyaknya orang," kata Kepala Polisi Anne Arundel County, Timothy Altomore.

Kepolisian mengonfirmasi bahwa Ramos memiliki dendam sejak lama terhadap media tersebut yang bermula dari sebuah artikel terbitan 2011 tentang kasus kriminal pelecehan yang dituduhkan kepadanya oleh mantan teman sekelas dia saat SMA.

Mantan editor surat kabar tersebut, Thomas Marquardt mengatakan kepada MSNBC bahwa Ramos kerap membuat ancaman terselubung kepada karyawan dan jurnalis media itu.

Akibat ancaman tersebut, pihak media memberitahu karyawannya untuk segera menghubungi nomor darurat ketika mengetahui Ramos memasuki kantor.

Pelaku Serangan Maryland Akui Targetkan Lebih Banyak Korban

Jarrod Ramos, pelaku serangan di Maryland. (dok. Social media via REUTERS)

Altomore mengakui kepolisian sempat mengusut kasus ancaman yang dilakukan secara daring pada 2013 yang menyerang surat kabar tersebut. Namun surat kabar tersebut tak ingin melanjutkan kasus itu karena khawatir memperburuk situasi.

Ancaman yang diberikan melalui komentar-komentar di internet tersebut diketahui berasal dari Ramos. Ramos pun kini enggan bertindak kooperatif dengan hanya diam ketika menjalani proses penyelidikan.

Usai diserang, surat kabar tersebut tetap beroperasi dengan menerbitkan edisi terbaru. Namun edisi yang tayang pada Jumat (29/6) itu bertuliskan "5 Tewas Tertembak di the Capital Gazette".

"Kami tak bisa kata-kata," tulis redaksi dalam berita edisi terbaru tersebut, dan menyisakan sebagian halaman kosong untuk menghormati korban jiwa serangan itu.

Di sisi lain, Presiden Donald Trump ikut prihatin dengan serangan itu, walaupun ia dikenal kerap keras kepada media di Amerika Serikat.

"Kejadian tersebut adalah penembakan mengerikan yang mengejutkan hati nurani bangsa kita. Jurnalis, seperti semua orang Amerika, haruslah bebas dari ketakutan atas serangan ketika melaksanakan tugasnya." kata Trump. (end)

Let's block ads! (Why?)