Search

Lawatan Pompeo dan Sinyal Trump Terhadap Relasi AS-RI

Jakarta, CNN Indonesia -- Jakarta dipastikan menjadi salah satu kota yang bakal didatangi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Richard Pompeo dalam tur kenegaraannya ke Asia Tenggara pada pekan ini.

Setelah menghadiri serangkaian acara pertemuan para menteri luar negeri ASEAN dan negara mitra di Singapura hari ini, Kamis (3/8), Pompeo akan berkunjung ke Indonesia dan menemui Menlu RI Retno Lestari Priansari Marsudi.

Sebelum Pompeo, Menteri Pertahanan AS James Mattis hingga Wakil Presiden Mike Pence juga telah lebih dulu mampir ke Jakarta dan membahas relasi AS-Indonesia ke depan.


Di satu sisi, sejumlah pihak menganggap AS masih melihat Indonesia sebagai mitra penting di Asia Tenggara. Hal itu bisa diukur dari cukup rajinnya petinggi pemerintahan Negeri Paman Sam melawat ke Jakarta di masa pemerintahan Presiden Donald Trump.

Namun, menurut Direktur Pusat Studi Asia Tenggara Center for Strategic and International Studies (CSIS) Washington DC, Brian Harding, relasi Gedung Putih dan Istana Negara tak menunjukkan kemajuan yang signifikan lantaran Trump tidak menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai prioritas kebijakan luar negerinya.

"Hubungan Indonesia dan AS tidak ke mana-mana bahkan tidak mendekati potensi yang seharusnya di bawah pemerintahan Trump karena secara lebih luas Asia Tenggara bukan menjadi prioritas kebijakan Trump saat ini," ujar Harding dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (2/8).

Menurut Harding, relasi AS-Indonesia belum mencapi potensi maksimal lantaran interaksi ekonomi dan politik kedua negara minim jika dibandingkan peluangnya. Interaksi antara kedua pejabat pemerintahan juga sering kali bersifat birokratis, bukan strategis.

Hal ini, paparnya, bisa terlihat dari belum terdengarnya rencana lawatan resiprokal Presiden Joko Widodo ke AS atau Presiden Trump ke Indonesia. Padahal, jika dibandingkan sejumlah pemimpin negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia dan Singapura telah melakukan lawatan kenegaraan ke Washington DC.

"Menurut saya lawatan Jokowi ke Washington atau Trump ke Jakarta ini penting menunjukkan sinyal bahwa RI-AS berkomitmen memperkuat kerja sama bilateral. Kedua pemimpin diharapkan bisa merealisasikan rencana ini untuk memberi sinyal bahwa hubungan kedua negara signifikan," kata Harding.

Harding mengatakan di bawah komando Trump, AS memusatkan perhatiannya pada kawasan Asia Timur, terutama karena persaingan dengan China dan isu nuklir Korea Utara.

Mantan pejabat Kementerian Pertahanan AS itu menyebut sejak hari pertama Trump menjabat di Gedung Putih, presiden ke-45 itu telah memfokuskan kebijakan untuk membendung kebangkitan China yang dianggap ancaman utama AS tak hanya dalam masalah ekonomi, tapi juga politik dan keamanan.

Isu nuklir Korea Utara juga menjadi salah satu fokus politik luar negeri AS selama setidaknya sembilan bulan terakhir yang menghasilkan pertemuan bersejarah antara Trump dan Kim Jong-un di Singapura pada 12 Juni lalu.

Belakangan, Trump juga mulai memusatkan perhatian kebijakan AS untuk menangani nuklir Iran.

Presiden Joko Widodo dan Donald TrumpFoto: AFP PHOTO / SAUL LOEB
Presiden Joko Widodo dan Donald Trump

"Karena itu untuk saat ini Asia Tenggara termasuk Indonesia bukan jadi prioritas AS. Meski begitu, pejabat di Washington tetap melihat ASEAN dan Indonesia sebagai mitra penting AS. Tapi sayangnya perhatian itu belum diimplementasikan dalam kebijakan politik luar negeri yang konkret," ujar Harding.

Bendung Pengaruh China

Meski tak begitu memperhatikan, AS diyakini tak akan sepenuhnya berpaling dari Asia Tenggara.

Sebab, pengaruh China di kawasan terbilang cukup besar. Hal itu bisa dilihat dari besarnya jumlah investasi Negeri Tirai Bambu di beberapa negara Asia Tenggara seperti Vietnam, Laos, Kamboja, termasuk Indonesia.

Berdasarkan laporan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), China menjadi investor terbesar ketiga bagi Indonesia setelah Singapura dan Jepang pada 2017 lalu dengan nilai modal mencapai 2 miliar dolar AS.

Selain itu Beijing juga semakin agresif menegaskan kehadirannya di kawasan terutama terkait sengketa Laut China Selatan.

Dalam artikelnya berjudul Deepening the US-Indonesian Strategic Partnership yang dimuat di The Diplomat, Direktur Senior Program Studi Keamanan Asia-Pasifik Center for a New American Security, Patrick M Cronin, mengatakan AS membutuhkan peran Indonesia untuk membendung pengaruh China di kawasan.

[Gambas:Video CNN]

Ambisi China di Laut China Selatan juga menjadi salah satu tantangan langsung kehadiran militer AS di kawasan.

"Jika AS ingin menjaga posisi kekuatan maritimnya dalam menghadapi ambisi China yang terus berkembang pesat di kawasan, Washington dipastikan membutuhkan dukungan aktif dari Indonesia," bunyi artikel yang ditulis Cronin bersama Dosen Tamu John Hopkins University, Marvin C Ott.

"Jika Indonesia ingin mempertahankan kepentingan maritimnya sendiri (dan kawasan Asia Tenggara yang lebih luas lagi), ini juga membutuhkan dukungan kuat dari AS."

Relasi AS-Indonesia di era pemerintahan Barack Obama bisa dibilang terus berkembang dari semula kemitraan komprehensif menjadi strategis. Cronin dan Ott menganggap di era Trump, yang perlu dilakukan AS bukan lagi menegaskan level kemitraan kedua negara, tapi justru memperkuat konten kerja sama agar lebih strategis lagi.

"Setidaknya bisa dimulai dalam sektor kerja sama maritim. Arah masa depan hubungan AS-Indonesia sangat jelas: kerja sama kemaritiman (dan kedirgantaraan serta keamanan siber) yang lebih dalam lagi untuk memperkuat kedaulatan negara-negara yang berkontribusi terhadap masyarakat Indo-Asia-Pasifik yang bebas dan terbuka." (nat)

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Lawatan Pompeo dan Sinyal Trump Terhadap Relasi AS-RI : https://ift.tt/2M3l3Su

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Lawatan Pompeo dan Sinyal Trump Terhadap Relasi AS-RI"

Post a Comment

Powered by Blogger.