Kim mengutarakan undangan itu secara lisan kepada Moon untuk disampaikan langsung ke Paus Fransiskus.
Ketika bertemu, Moon pun bertanya apa Kim harus mengirim undangan resmi. Paus menjawab, pesan dari Kim sudah ia terima, tapi akan jauh lebih baik jika ada undangan resmi.
"Saya pasti akan menjawab jika saya mendapatkan undangan, dan saya akan pergi," kata Paus, sebagaimana dikutip Reuters.
Pemerintahan Korea Utara menjamin kebebasan beragama selama tidak melemahkan negara. Namun, beberapa tempat ibadah yang dikendalikan negara dilarang untuk mengadakan kegiatan keagamaan secara terbuka.
Pihak berwenang juga berulang kali memberikan hukuman penjara kepada misionaris asing.
Pertemuan diplomatik baru
Selain itu, jika terjadi, pertemuan dengan Paus ini akan menjadi hal baru dalam rangkaian pertemuan diplomatik bersejarah yang dilakukan Kim sepanjang tahun ini.
Sepanjang 2018, Kim dan Moon sudah tiga kali menggelar pertemuan. Kim juga menggelar pertemuan bersejarah dengan Presiden AS, Donald Trump, di Singapura, dengan hasil akhir kesepakatan denuklirisasi.
Sementara itu, bagi Paus, kunjungan ke Korut dapat menuai kontroversi, terutama karena Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pernah melaporkan catatan pelanggaran HAM yang berat dan sistematis di negara itu.
Pejabat gereja memperkirakan bahwa Korea Utara memiliki komunitas Katolik sekitar 55 ribu orang sebelum Perang Korea 1950-1953. Namun, mereka memperkirakan jumlah itu kini hanya ratusan hingga 4.000 orang.
Meski Moon mengungkap penyampaian undangan lisan ini, kantor Paus Fransiskus sama sekali tak menyinggung isu tersebut.
Dalam pernyataan usai pertemuan dengan Moon, Paus hanya menyampaikan dukungannya terhadap perdamaian Korut dan Korsel.
"Jangan berhenti, maju terus. Jangan takut," katanya. (cin/has)
Baca Kelanjutan Moon Sampaikan Undangan Kim Jong-un ke Paus Fransiskus : https://ift.tt/2PI4iL8Bagikan Berita Ini
0 Response to "Moon Sampaikan Undangan Kim Jong-un ke Paus Fransiskus"
Post a Comment