"Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada para pemimpin masyarakat Myanmar melihat keberagaman kehidupan beragama dan etnis di Indonesia," demikian keterangan Kemlu RI yang diterima CNNIndonesia.com, Kamis (22/2).
Rombongan delegasi Myanmar yang terdiri atas 10 pemuka masyarakat tersebut juga menemui Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi. Mereka berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, kelompok usia dan profesi. Lima di antaranya berasal dari Rakhine, lima lagi mewakili umat muslim di Myanmar.
Selain belajar keberagaman, delegasi Myanmar juga ingin belajar dari Indonesia pengalaman menangani konflik internal atau konflik etnis secara inklusif tanpa kekerasan. Selain ke Jakarta, rombongan juga akan berkunjung ke Ambon.
Pengalaman dari Indonesia diharapkan bisa membangkitkan kesadaraan bahwa konflik komunal masih bisa diselesaikan secara baik-baik dan hubungan antara masyarakat masih bisa terjaga."Secara lebih spesifik, para pemuka masyarakat Rakhine ini juga diharapkan dapat belajar mengenai pengalaman Indonesia menghadapi konflik etnis. Kunjungan ini juga diharapkan dapat memunculkan ide-ide dan cara untuk memperbaiki situasi di Rakhine State," tulis Kemlu RI.
Indonesia juga menyelenggarakan Interfaith-Dialogue atau dialog antar agama dengan Myanmar untuk pertama kalinya pada 2017. Interfaith Dialogue ditujukan juga untuk bertukar pengalaman bagaimana di negara majemuk seperti Indonesia, harmoni masyarakat dapat tetap terpelihara
Hal tersebut diperlukan lantaran Myanmar hingga saat ini masih dihantui perselisihan hingga diskriminasi antara etnis mayoritas dan minoritas yang kerap memicu kekerasan.
Konflik komunal terburuk adalah bentrokan antara etnis mayoritas Buddha dan umat Muslim Rohingya pada 2012 lalu di Rakhine. Konflik itu menewaskan 200 orang yang dipicu oleh pembunuhan seorang wanita Buddha.
Foto: REUTERS/Adnan Abidi
Anak-anak Rohingya di kamp pengungsi Palong Khali, Cox's Bazar, Bangladesh. |
Sejak itu diskriminasi hingga persekusi terhadap etnis minoritas Rohingya kembali mencuat. Puncaknya terjadi pada akhir Agustus lalu, di mana bentrokan pecah antara kelompok bersenjata Pasukan Penyelamat Rohingya Arakan (ARSA) dan militer Myanmar di Rakhine.
Sejak itu militer meluncurkan operasi pembersihan untuk memburu kelompok bersenjata. Alih-alih menangkap pelaku, militer diduga malah mengusir, menyiksa, hingga membunuh etnis Rohingya.
Sebanyak 1.000 orang terutama Rohingya dilaporkan tewas. Bentrokan juga turut memicu gelombang ratusan ribu Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.
Selama ini etnis Rohingya dianggap warga setempat sebagai imigran ilegal asal Bangladesh. Hukum Kewarganegaraan 1983 juga tak mengakui Rohingya sebagai salah satu etnis resminya.
(nat)
Baca Kelanjutan Ke Indonesia, Muslim Myanmar Belajar Atasi Konflik Komunal : http://ift.tt/2EMzyDqBagikan Berita Ini
0 Response to "Ke Indonesia, Muslim Myanmar Belajar Atasi Konflik Komunal"
Post a Comment